Mempercepat Datangnya Keberkahan dengan Sabar dan Syukur - Qultum Media
Qultummedia adalah penerbit buku islami
Qultummedia, qultum, novel islami, ibadah, buku, motivasi, pengembangan diri,
25345
post-template-default,single,single-post,postid-25345,single-format-standard,theme-stockholm,woocommerce-no-js,ajax_fade,page_not_loaded,,select-child-theme-ver-1.0.0,select-theme-ver-4.2,menu-animation-line-through,wpb-js-composer js-comp-ver-7.4,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-30952
sabar-takut-mendatangkan-keberkahan

Mempercepat Datangnya Keberkahan dengan Sabar dan Syukur

sabar-takut-mendatangkan-keberkahanAda beberapa manipestasi dari sabar dan syukur dalam kehidupan seorang muslim. Salah satunya ialah sabar dan syukur dalam ketakutan, yakni takut kepada Allah SWT. Takut kepada Allah akan mendatangkan kekuatan yang dahsyat dalam diri setiap muslim sehingga dapat menciptakan pengaruh yang besar bagi dirinya dan kemajuan umat. Dalam studi kasusnya, timbulnya kemunduran, segala persoalan, dan kerusakan dalam bangsa Indonesia, benang merahnya bermuara pada satu hal, yaitu sudah menipisnya rasa takut (takwa) kepada Allah SWT.

 

Negara Indonesia seharusnya diurus oleh orang-orang yang senantiasa takut kepada Allah. Sebab, pengawasan akan datang langsung dari Allah Yang Maha Melihat. Dengan begitu, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kaya dan sejahtera, serta mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Mengapa sampai hari ini bangsa ini yang tidak takut kepada Allah, sehingga lembaga-lembaga pengawas yang didirikan secara berlapis tidak mengendurkan hasrat mereka untuk melakukan perbuatan curang yang sejatinya adalah pengkhianatan terhadap negara, seperti korupsi? Karena mereka sudah tidak memiliki lagi ketakwaan kepada Allah SWT.

Takut (takwa) kepada Allah adalah salah satu sebab diraihnya kejayaan sebuah bangsa. Allah berfirman,
“Dan barangsiapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat keberuntungan.” (QS. An-Nur [24] 52)

Jika para pejabat yang mengurusi bangsa ini hanya takut kepada Allah, bukan kepada atasannya atau lembaga hukum yang mengawasinya, baik kepolisian maupun kejaksaan, niscaya bangsa ini akan terbebas dari berbagai macam krisis. Sebab, para pemangku kepentingan bangsa dan negara ini akan melepaskan diri dari kecenderungan hawa nafsu mereka, yang tidak lain di belakangnya adalah setan yang menggoda. Allah berfirman berkenan dengan orang yang senantiasa takut kepada-Nya,

“Sesungguhnya mereka itu tiada lain kecuali setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman.” (QS Ali ‘Imran [3]: 175)

Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang mampu belajar dari sejarah, bukan para pialang sejarah yang masuk ke dalam sistem berbangsa dan bernegara tetapi kemudian mencederai cita-cita berbangsa dan bernegara. Mereka seperti menggunting dalam lipatan. Mereka melakukan kejahatan dengan memanfaatkan momentum kebebasan. Sejatinya, mereka tengah menciptakan sejarah kelam untuk masa yang akan datang. Orang-orang yang takut kepada Allah tidak akan melakukan hal ini, sebab mereka adalah orang-orang yang mampu belajar dari berbagai kejadian, mampu belajar dari kesalahan sejarah di masa silam. Allah SWT berfirman,

“Orang yang takut (kepada Allah) akan selalu mendapatkan pelajaran.” (QS Al-A’la [87]: 10)
Orang-orang yang takut kepada Allah perilaku hidupnya akan terhalang dari kejahatan hawa nafsu dan kemalasan.

“Adapun orang yang sombong dan lebih mementingkan kehidupan dunia maka nerakalah tempat kembalinya. Dan adapun orang yang takut akan kedudukan Tuhannya dan menahan dirinya dari hawa nafsu maka surgalah tempat kembalinya.” (QS An-Nazi’at [79]: 37—41)

Bangsa dan negara ini dijamin menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur apabila para penduduknya takut kepada Allah, demikian pula para pemimpin dan pejabatnya. Kepolisian dan kejaksaan tidak akan terlalu sibuk mengawasi kejahatan yang kerap dilakukan dengan berbagai modusnya yang licin, karena masing-masing individu telah bisa mengontrol dirinya sendiri agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dibenci oleh Allah.

Ini memang kondisi kehidupan berbangsa yang ideal. Namun, sesuatu yang ideal harus dicita-citakan dan tetap dijadikan tujuan. Dalam kehidupan nyata, masing-masing individu harus memulainya dengan menanamkan perasaan takut kepada Allah. Perasaan ini perlu ditumbuhkan mulai dari lingkungan sosial yang paling kecil seperti keluarga, lembaga pendidikan, lingkungan kerja, sampai lingkungan yang lebih luas lagi.

 


* Artikel ini dikutip dari buku Sabar & Syukur: Rahasia Meraih Hidup Supersukses, karya Yudi Effendy (QultumMedia. 2012).

 

Di dalam buku ini, penulis menguraikan betapa sabar dan syukur sangat mudah dikerjakan selama kita memiliki iman yang kokoh dan komitmen diri yang kuat. Selain itu, rahasia-rahasia utama di balik dua sikap tersebut juga penulis kupas dengan baik. Hidup supersukses bukan hanya angan-angan jika kita mengetahui rahasia-rahasia untuk meraihnya. Dan, buku ini adalah awal yang tepat untuk menyibak rahasia-rahasia tersebut.

 

No Comments

Post a Comment