Rusaknya kehidupan moral bangsa Indonesia semakin memprihatinkan. Negara kita sedang terjangkit penyakit “gegar akhlak”. Kalangan pejabat negara sudah tidak malu lagi bersama-sama melakukan tindakan korupsi. Sedangkan di kalangan masyarakat, semakin meningkatnya tindakan kriminalitas, seperti pencurian, penipuan, perampokan, pemerkosaan, hingga pembunuhan.
Tidak ketinggalan, “gegar akhlak” juga menyerang para pelajar dan remaja. Terlihat dengan semakin maraknya seks bebas, penyalahgunaan narkoba, peredaran foto dan video porno, dan tawuran. Sistem pendidikan kita telah gagal dan belum mampu menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia. Nilai-nilai akhlak yang diajarkan, seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, dan kebersihan hanya diajarkan untuk kepentingan akademis, tapi tidak dipraktikkan dalam kehidupan nyata.
Beragam solusi apa pun yang akan diterapkan untuk mengatasi penyakit “gegar akhlak” ini, sepertinya tidak akan berhasil. Kecenderungan masyarakat sudah berubah, semakin menyalahi fitrahnya. Mereka telah mengusir kehadiran “Tuhan” dalam jiwanya. Akibatnya, kita lebih takut polisi daripada Allah kalau melakukan pelanggaran. Lebih takut KPK daripada Allah kalau korupsi. Kita lebih takut atasan daripada Allah kalau me-markup dana proyek.
Inilah benang merahnya. Ternyata permasalahan dan solusinya ialah karena kita belum bisa ihsan. Hanya dengan membumikan “ihsan” yang dapat mengatasi “gegar akhlak” bangsa Indonesia. Dengan ihsan, kita akan melakukan segala aktivitas positif seolah-olah kita melihat Allah. Jika tidak, kita juga akan meyakini bahwa Allah melihat dan mengawasi aktivitas kita. Jika ihsan sudah menghujam ke dalam sanubari seseorang maka tidak mungkin berani berbuat maksiat di mana pun dan kapan pun.
Bagaimana caranya agar kita dapat melakukan ihsan? Apa saja manfaat ihsan bagi kehidupan seseorang dan masyarakat luas? Amirulloh Syarbini & Sumantri Jamhari akan memberikan jalan-jalannya melalui buku “Dicintai Allah, Dirindukan Rasulullah”. Buku ini berisi panduan hidup Anda dalam menghadirkan Tuhan dalam hati dan kehidupan sehari-hari. Penulis menjelaskan bagaimana jika hidup tanpa ihsan, ihsan sebagai puncak kebaikan, melobi Allah dengan cara terbaik, memberikan yang terbaik untuk sesama, membangun surga di dalam rumah, membangun karier dengan ihsan, dan lain sebagainya.
Leave a Comment