Pertemuan Adlan dan Aisyah saat pengumuman kelulusan masuk SMANSAWI menjadi awal benih-benih cinta itu mulai tumbuh di hati mereka. Adlan adalah anak yang cerdas, ia selalu menjadi primadona kelas sejak SD. Adlan dididik dari keluarga yang agamis sehingga membentuk kepribadiannya yang sopan dan tahu tata krama. Sedangkan Aisyah, anak kontraktor kaya yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua seutuhnya. Papanya sibuk mengurus proyek rumah dan gedung, sedangkan mamanya lebih betah tinggal di butik daripada di rumah. Hanya Bi Hafshah, pembantunya, yang menjadi tempat Aisyah berkeluh kesah selama ini. Bahkan, penyakit kanker paru-paru yang sudah lama dideritanya, hanya dia dan Bi Hafshah yang tahu. Aisyah tak mau memberitahukan penyakitnya itu pada orang tuanya, dia khawatir jika hal itu akan mengganggu pekerjaan orang tuanya.
Hubungan Adlan dan Aisyah bukanlah hubungan berpacaran. Adlan tahu batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar seperti nasihat orang tuanya. Mereka berteman, tapi sama-sama menyimpan rasa cinta dalam hatinya. Sejak bertemu Adlan, Aisyah mulai belajar memperbaiki diri. Yang dulunya tidak memakai jilbab, kini ia memantapkan diri mengenakannya setiap hari. Ini ia lakukan karena mendengar nasihat Adlan. Adlan menjadi sosok pelindung bagi Aisyah. Beberapa kali Aisyah berada dalam kondisi bahaya dan genting, selalu ada Adlan yang menyelamatkannya. Sebut saja ketika hampir dinodai oleh preman kampung ketika berkemah di Bumi Perkemahan Martoloyo, sampai kejadian penculikan oleh preman-preman berbadan besar yang disuruh oleh saingan bisnis papanya. Adlan-lah yang membebaskan Aisyah dari penyandraan itu.
Garis takdir yang tak pernah terpikirkan sebelumnya akhirnya memisahkan keduanya. Orang tua Aisyah akhirnya mengetahui bahwa Aisyah mengidap penyakit kanker. Aisyah dibawa ke Hongkong untuk melakukan operasi pengangkatan kanker yang sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil. Adlan bernasib naas. Dia hampir meregang nyawa karena pembalasan preman yang waktu itu pernah menculik Aisyah. Peluru yang menembus pinggang sebelah kiri Adlan menyebabkan ginjal sebelah kirinya rusak dan tidak berfungsi toal. Sedangkan luka tusuk di pinggang kananya juga mengenai ginjal sebelah kanannya. Namun beruntung, lukanya tidak terlalu parah dan ginjal sebelah kanannya masih bisa berfungsi.
Aisyah yang akan menjalani opeasi pengangkatan sel kanker di paru-parunya mengetahui keadaan Adlan yang sangat memprihatinkan itu dari temannya, Anisa. Hari itu, sebelum melangsungkan operasi, Aisyah menulis sepucuk surat yang dititipkan kepada Bi Hafshah. Aisyah meminta agar surat itu diberikan kepada Mama dan Papanya nanti setelah selesai operasi. Aisyah meyakini bahwa usianya sudah tidak lama lagi.
Benar, operasi pengangkatan sel kanker Aisyah gagal. Aisyah pun pergi untuk selama-lamanya. Aisyah pergi membawa cinta Adlan ke dunia keabadian. Mama dan papa Aisyah tidak bisa menahan penyesalan dan kesedihan yang teramat dalam. Penyesalan yang tidak pernah memberikan waktu kepada Aisyah. Kini Aisyah telah tiada, hanya satu permintaan terakhir Aisyah yang ingin mereka kabulkan. Ya, Aisyah menitipkan pesan lewat surat yang dititipkan kepada Bi Hafshah, agar ginjalnya didonorkan kepada Adlan yang saat itu masih terkurung di rumah sakit.
Ulasan
Belum ada ulasan.