Melalui pengantarnya, ia mengatakan bahwa shalat menjadi indikator bagi seseorang, bahkan juga bagi suatu kehidupan bernegara. Jadi, maju dan mundurnya bangsa, salah satunya dikarenakan aspek shalatnya. Jika baik, akan berakibat baik pula. Sebaliknya, jika buruk, akan berakibat buruk pula.
Ia membagi umat islam kepada tiga golongan. Pertama, muslim, yaitu seseorang yang hanya memenuhi panggilan kewajiban ibadahnya. Kedua, mukmin, yaitu seseorang yang memenuhi panggilan ibadahnya, namun juga memiliki ihsan. Ketiga, mutaqin, yaitu yang benar-benar sepenuhnya menyerahkan hidup dan matinya hanya karena Allah, sehingga ia mampu merasakan kelezatan beribadah.
Dalam kaitannya dengan shalat. Shalat memiliki dua hukum, yaitu wajib dan sunah. Sunah juga terbagi kepada dua, yaitu sunah muakad dan ghair muakad. Dari keduanya, termasuk shalat rawatib, yakni shalat sunah badiyah dan qabliyah. Pungsi shalat sunah bisa menutupi cacat-cacat atau kebolongan dalam shalat wajib yang kita lakukan. Yakni, sebagai penyempurna ibadah shalat wajib (fardhu).
Apabila seseorang biasa melaksanakan shalat-shalat sunah, baik muakad maupun ghair muakad, seperti tahajud, shalat hajat, rawatib, dan shalat dhuha, sebagaimana dikatakan oleh Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.A, “Hatinya akan memancarkan atsar (cahaya), sehingga jiwanya akan menjadi kuat. "Barangsiapa memiliki problem dengan kehidupannya, baik dengan tetangga, atasan, pekerjaan, dengan melaksanakan shalat-shalat tersebut, insya Allah akan mendapatkan jalan keluar," tambah penulis The Power of Tahajud dan The Power of Shalat Hajat ini.
Ia mengisahkan dari salah satu hadits Rasulullah saw bahwa ada seseorang yang buta matanya, lalu ia menemui Rasulullah saw agar Rasulullah mendoakannya supaya matanya bisa melihat kembali. Kemudian, beliau bersabda, “Laksanakanlah shalat dua rakaat (shalat hajat), dan sempurnakanlah wudhumu. Setelah itu, memuji kepada Allah dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
Setelah mendengar perintah beliau, ia pun bergegas melaksanakan shalat yang diperintahkan kepadanya. Dalam waktu yang tidak lama, ia kembali menemui Rasulullah dan para shahabatnya yang sedang berkumpul dalam majelis. Ia kembali dengan mata yang sudah sembuh seperti ia tidak pernah buta sama sekali. Ia mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT melalui shalat hajat yang dilaksanakannya.
Subhanallah, Allah telah memberikan media bagi umat Islam dalam mengadukan permasalahan kepada-Nya. Seandainya di antara kita, selalu menjadikan shalat sebagai aspek kehidupan riil, yakni sebagai aktivitas jiwa dan raga, menjadikannya sebagai pencegahan dan solusi, nisacaya kehidupan ini akan berjalan dinamis, damai, dan tenteram penuh berekah.
Leave a Comment