Konsep Membangun Keluarga Sakinah dan Sejahtera

 

Mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah adalah cita-cita siapa saja yang ingin menyempurnakan agamanya. Namun, sudahkah kita memahami artinya? Lalu, tahukah kita bagaimana menggapainya? Sungguh, keluarga sakinah tidak hanya mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketenteraman di dunia, tetapi juga kelak pada kehidupan kekal dan abadi di akhirat sana.

Kebahagiaan akan muncul dalam rumah tangga jika didasari ketakwaan, hubungan yang dibangun berdasarkan percakapan dan saling memahami, urusan yang dijalankan dengan bermusyawarah antara suami, istri, dan anak-anak. Semua anggota keluarga merasa nyaman karena pemecahan masalah dengan mengedepankan perasaan dan akal yang terbuka. Apabila terjadi perselisihan dalam hal apa saja, tempat kembalinya berdasarkan kesepakatan dan agama, karena syariat dalam hal ini bertindak sebagai pemisah.

“Kemudian jika berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisaa [4]: 59).

Keluarga yang beriman adalah keluarga yang mengambil jalan tengah, tidak bersikap berlebihan juga tidak minim berinteraksi. Keadilan yang tidak membebani pemimpin keluarga dan tidak mendorong untuk merusak pengatur rumah tangga. Ada perbedaan yang sangat besar antara merasakan kenikmatan Allah dalam batas yang wajar dan pemborosan atau kebahilan. Apabila pemborosan merusak kebanyakan rumah tangga, kebahilan juga sangat berpotensi menghancurkan hubungan kekeluargaan. Sering kita dapatkan seorang istri meminta cerai suaminya karena alasan bahil. Berapa banyak para suami yang merasa sempit akibat tingkah laku istrinya yang bahil. Sikap tengah sebagaimana kami terangkan merupakan metode terbaik dan cara terpenting.

“Katakanlah siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik? Katakanlah, ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) pada Hari Kiamat.’ Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (Q5 Al-A’raaf [7]: 32).

Rumah yang ideal ialah rumah orang-orang yang gemar berzikir (mengingat Allah) dan orang-orang yang selalu berusaha menyucikan diri, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan tidak lupa memberikan sedekah kepada fakir dan miskin. Inilah rumah yang bersih, karena ia adalah ibadah dan kebersihan diri. Apabila semua yang ada di rumah bersih dan keluarga juga suci dan mereka berzikir, niscaya rumah tersebut adalah rumah yang tidak dimasuki oleh setan, bahkan selalu dikunjungi malaikat yang mulia, yang selalu bertasbih. Ketenangan dan kenyamanan dalam rumah tangga kaum muslimin merupakan tanda keimanan yang kuat dan merupakan simbol kemantapan. Sedangkan kegaduhan, mencela, dan Baling mencaci antara suami dan istri adalah sesuatu yang tertolak dalam Islam. Setiap kali rumah terasa tenang, jiwa pun akan merasa nyaman. “Dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang.” (QS Ar-Ruum [30]:21)

Karena ideal maka kewajiban bapak terhadap anak-anaknya dalam mendidik pun tidak dilupakan, dimulai dari akidah yang benar, lalu perintah untuk melakukan shalat. “Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS Thahaa [zo]:132)

Rasulullah saw bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian agar mendirikan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (karena meninggalkan shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun, serta pisahlah tempat tidur di antara mereka.”

Inilah metode Islam dalam membangun rumah-rumah kaum muslimin yang mengajak supaya benar-benar saling menolong antara suami dan istri serta ada penghormatan timbal balik. Wanita bukanlah jasad yang tidak mengenal istirahat. Oleh sebab itu, kewajiban suami agar membantunya dalam semua urusan rumah tangga atau urusan-urusan yang penting. Contohlah Rasulullah saw sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, “Beliau selalu membantu keluarganya.”

Begitu juga istri, jika ia memiliki waktu, akan terlihat elok jika ia menyempatkan untuk membantu suaminya. Carilah cara agar suami bisa bekerja dengan merasakan ketenangan dan tanpa ada rasa gelisah dalam dirinya. Dengan demikian, rumah tersebut seperti satu jasad yang saling membantu, saling cinta, dan saling memperkokoh, dengan dikendalikan oleh suasana cinta dan kasih sayang.

Demikian uraian yang dikemukakan oleh Abu Zahwa & Drs. Ahmad Haikal, M.A. di dalam kata pengantar bukunya, “Buku Pintar Keluarga Sakinah”. Buku ini mengurai banyak hal seputar kebutuhan muslim untuk membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah, mulai dari konsep mendapatkan jodoh hingga pendidikan di dalam keluarga.

Di dalam buku terbitan QultumMedia ini dibuka dengan pembahasan sebelum dan masa pernikahan, seperti mencari jodoh ideal, meminang, dan seputar akad pernikahan. Kemudian dilanjutkan dengan konsep hubungan suami istri setelah menikah, yaitu etika pada malam pertama. Selanjutnya, membahas tentang problematika keluarga yang biasa dihadapi banyak kaum muslim dalam membina keluarga, mulai dari persalinan, mendidik anak agar shaleh, hingga hubungan dengan tetangga.

Tidak kalah pentingnya, dibahas juga tentang konsep-konsep agar ekonomi keluarga sejahtera dan berkah. Mari kita wujudkan keluarga sakinah itu dalam keluarga kita. Dan, buku ini menjadi awal yang baik untuk Anda jadikan panduan dan petunjuk menuju keluarga sakinah yang kita idam-idamkan.

qultummedia:
Related Post
Leave a Comment