Meskipun demikian, ibu sebagai orang yang paling dekat dengan anak (mulai sejak sang anak berwujud janin yang belum bernyawa di dalam rahim sampai ia lahir) sudah barang tentu menjadikannya sosok yang istimewa bagi anak-anaknya. Ibu adalah orang yang rela mempertaruhkan nyawa demi lahirnya sang buah hati. Ibu adalah sosok paling penyayang yang dengan penuh kesabaran merawat sang bayi mungil, yang setiap keinginannya hanya dibahasakan dengan tangisan, bahasa yang terkadang menjengkelkan bagi sang pendengar. Ibulah sosok yang tegar menghadapi kenakalan anak-anak yang membuat orang marah. Tidak sekali atau dua kali kenakalan itu dilakukan, bahkan berulang-ulang. Namun, ibu tetap sabar menghadapi dan terus menasihati buah hati untuk tidak melakukannya lagi.
Cinta ibu juga yang membuat sang anak mampu menghadapi masa remaja yang penuh dengan emosi, gejolak muda yang agak sulit terkendali. Tapi, semua itu terasa mudah dilalui melalui perhatian ibu yang penuh kasih. Tidak cukup sampai di situ, ibu tetap setia mendampingi sampai saat seorang putri menjadi sosok perempuan paling bahagia, saat ia akhirnya mempunyai seorang bayi. Ketika sang putri masih kikuk memandikan anaknya, ibulah yang mengulurkan tangan untuk melakukan tugas itu. Duhai ibu, sungguh sering kami merepotkanmu! Sungguh sering kami membuatmu menangis, sedih, terharu, bahkan sakit hati.
Tak ada kata-kata yang sanggup mendeskripsikan pengorbanan, kasih sayang, dan cinta seorang ibu terhadap anak-anaknya. Apakah dengan kata luar biasa? Menakjubkan? Dahsyat? Sungguh setiap peluh dan setiap cintanya tak sebanding dengan kata-kata tersebut. Darinya, kita semua lahir di dunia. Kita mengecap indah dan pahitnya kehidupan manusia. Semua tentu mewarnai cakrawala kita, menjadikan hidup ini penuh hikmah. Ya, sosok lembut penuh kasih sayang itu begitu luar biasa.
. |
. |
. |
Leave a Comment