Strategi Rasulullah Dalam Perang Mutah
Perang Mutah adalah perang berdarah pertama antara kaum muslim dan Romawi, sekaligus show of force di hadapan kekuatan musuh kabilah Arab karena berhadapan dengan negara adidaya kala itu. Perang ini merupakan perang untuk membuka penaklukan ke negeri-negeri Nasrani. Mutah merupakan sebuah daerah yang letaknya dekat dengan Palestina (dulu masuk wilayah Syam/Siria).
Sebab Terjadinya Perang Mutah
Islam dengan kemuliaannya selalu menjaga keagungan-Nya. Islam terbebas dari tuduhan selama ini yang menyatakan bahwa Islam adalah agama teroris, perusak, tidak cinta damai. Padahal, Islam sangat menghargai ikatan perdamaian. Islam tidak akan memulai peperangan sebelum musuh melakukan kesalahan atau memulai peperangan terlebih dahulu.
Penyebab perang Mutah ini bermula ketika Rasulullah mengirim utusan yang akan dikirim ke penguasa Bashra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap dan dibawa ke hadapan kaisar, setelah itu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia. Selain itu, 15 orang sahabat Rasulullah juga dibunuh di Dhat Talh. Hal inilah yang membuat beliau marah.
Selanjutnya, ia mempersiapkan sebuah pasukan yang terdiri dari 3.000 personel untuk menghadapi kekuatan besar Romawi yang berjumlah 200.000 personel, yakni satu orang berbanding 67 orang (1:67)!
Pengaturan Strategi Perang
1. Mobilisasi Masif
Pasukan Mutah berjumlah sekitar 3.000 pasukan. Pasukan kaum muslim dengan jumlah yang besar setelah Perang Ahzab.
2. Mengangkat dan Merekomendasikan Komandan Perang
“Kalau Zaid gugur, Jafar bin Abi Thalib yang memegang pimpinan. Kalau Jafar gugur, Abdullah bin Rawahah yang memegang pimpinan.
Itulah rekomendasi yang diberikan Rasulullah. Adapun peperangan ini merupakan peperangan pertama bagi Khalid bin Walid setelah beberapa waktu lalu masuk Islam. Dengan sukarela, ia menjadi prajurit di bawah komando orang-orang yang telah ditunjuk Rasulullah.
3. Membuat Aturan Perang
Rasulullah berpesan kepada para komandan sebelum keberangkatan mereka, seperti yang diriwayatkan dalam sahih Bukhari.
“Berperanglah kalian atas nama Allah, di jalan Allah, melawan orang-orang kafir kepada Allah. Jangan berkhianat, jangan mencincang, jangan membunuh anak-anak, wanita, orang yang sudah tua renta, orang yang menyendiri di biara Nasrani, jangan menebang pohon kurma dan pohon apa pun, dan jangan merobohkan bangunan.
4. Melepas Keberangkatan Pasukan
Strategi perang ini biasa dilakukan oleh para pemimpin untuk memompa semangat pasukan. Beliau mengantarkan mereka sampai di Tsaniatul Wada. Setelah itu, pasukan berangkat dengan rahmat Allah tanpa ada ketakutan sedikit pun di dalam hati mereka, kecuali takut kepada Allah. Menuju karunia Allah dengan menghadapi pasukan besar musuh.
Inilah komitmen terbesar seorang muslim diuji, tidak salah jika Rasulullah mengatakan bahwa, “Puncak dari agama adalah jihad. Hal tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa perjuangan yang kita lakukan pada bangsa Indonesia belum sebanding dengan mereka.
* Artikel ini dikutip dari buku "Strategi Perang Rasulullah". Muhammad Abu Ayyasy.
No Comments