ayah Archives - Qultum Media
Qultummedia adalah penerbit buku islami
Qultummedia, qultum, novel islami, ibadah, buku, motivasi, pengembangan diri,
654
archive,tag,tag-ayah,tag-654,theme-stockholm,woocommerce-no-js,ajax_fade,page_not_loaded,,select-child-theme-ver-1.0.0,select-theme-ver-4.2,menu-animation-line-through,wpb-js-composer js-comp-ver-7.4,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-30952
ayah adalah orang yang sangat berjasa

Ayah, Kita, dan Kata-kata yang Terlupakan

Terima kasih. Itu kalimat pendek tapi sering kita lupakan.

Satu hal yang kadang kita lupa tentang orangtua, yaitu perjuangan ayah yang tak kenal lelah.

Diamnya ayah bukan tanpa arti. Ayah tak perlu banyak bicara untuk menasihati anaknya, ia punya kewibawaan yang membuat kita selalu bisa menghormatinya.

Diamnya ayah bukan tanpa alasan. Jarang keluar keluh kesah dari lisannya, karena ayah tahu itu bukanlah contoh yang baik untuk anggota keluarganya.

Mungkin kita jarang mendengar nasihatnya. Tiap hari kita hanya mendengar nasihat-nasihat dari ibu. Tapi percayalah, di dalam nasihat ibu terselip pesan-pesan dari ayah yang kita tak tahu.

Saat kita tertidur pulas, ayah kadang terjaga. Kadang untuk memenuhi tanggung jawab nafkahnya pada kita, kadang untuk bercengkerama dengan ibu tentang kita.

Jarang atau bahkan tak pernah kita melihat air mata ayah menetes. Sebab, ayah ingin tak ada yang menanggung beban kecuali dirinya sendiri. Selagi bisa, ayah akan terus mengusahakannya.

Kita memang tak pernah melihat ayah menangis. Tapi, sangat mungkin ayah menangis dalam doanya. Mendoakan kita dan anggota keluarga yang lain supaya Allah menjaga mereka.

Ayah memang rendah hati.

Walau banyak tanggung jawab yang harus dituntaskan, ia selalu meminta pertolongan Allah agar bisa melakukan. Bukan tak mampu, tapi karena ia tahu bahwa dirinya bukan apa-apa tanpa pertolongan-Nya.

***

Ayah, maaf…

Aku masih banyak kekurangan. Bukan hanya kurang berterima kasih, bahkan namamu pun kadang terlewat dalam doaku.

Ayah, maaf…

Aku belum bisa membahagiakanmu. Setelah banyak pengorbanan yang kau lakukan, seharusnya aku bisa membuatmu bangga. Nyatanya, tidak demikian.

Ayah, maaf untuk diriku yang kadang melawan. Andai dari dulu kutahu sebesar apa pengorbananmu, ingin sekali aku kembali ke masa lalu, hanya untuk meminta maaf dan ridamu.Ayah, terima kasih telah menjagaku hingga hari ini. Terima kasih atas jasa dan perjuanganmu yang tak kenal henti. Mulai detik ini, padamu aku berusaha untuk terus berbakti.

cinta ayah

Ayah: Hari-hari Bersamanya dan Kenangan Cinta darinya

Ayah adalah sosok yang istimewa di mata anak-anaknya.

Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam salah satu tulisannya berkata, “Kenangan masa kecil yang paling indah adalah kau tidur di bagian rumah mana pun, tapi ketika terbangun kau sudah berada di tempat tidurmu. Ya Allah, kasihanilah kedua orangtuaku, sebagaimana mereka telah mengasihiku sejak aku kecil.”

Saya senyum-senyum sendiri saat membaca tulisan itu. Rasa-rasanya ia mewakili sisi paling personal diri saya.

Sewaktu masih anak-anak, menonton TV sambil tiduran di karpet adalah kebiasaan saya sepulang mengaji. Menariknya, saat terbangun keadaan saya pasti sudah berbeda; masih di tempat yang sama tapi berbalut selimut atau sudah pindah ke dalam kamar. Siapa yang melakukannya? Ayah.

Sebelum keluarga kami punya TV, menonton TV di rumah kerabat hampir tiap malam saya lakukan. Dan tiap kali saya ketiduran, Ayahlah yang selalu sabar menggendong saya pulang, meski jaraknya lumayan jauh. Sebisa mungkin ia menjaga saya agar tak terbangun.

Betapa indah kala itu, masa-masa ketika pelukan Ayah secara ajaib selalu ada untuk saya. Kini, semua berubah. Saya sudah dewasa dan tubuh Ayah semakin termakan usia. Saya mengerti, kewajiban itu kini beralih ke tangan saya. Sayalah saat ini yang harus menunjukkan kasih sayang yang sama, meski tak mungkin setimpal, pada Ayah. Saya paham kenapa Ayah selalu menggeleng setiap kali saya tanya apa yang ia inginkan. Ia enggan merepotkan saya.

Lucu, bukan? Saya, anaknya, bertahun-tahun merepotkannya. Kini setelah saya dewasa dan ingin membalas kebaikannya, ia menjawab tak ingin merepotkan saya. Sering saya berbisik dalam doa-doa saya, semoga Allah memberi umur panjang dan kesehatan yang berkah padanya. Setidaknya, agar saya terus bisa berbagi kebahagiaan bersamanya. Semoga Allah mengabulkan. Amin.

 

Ditulis oleh Hendra Wirawan

***

Cerita singkat ini adalah Pemenang Pertama Kompetisi Menulis Pengalaman Pribadi yang diadakan oleh Penerbit Qultummedia dan Komunitas Teladan Rasul. Tema tulisan dalam kompetisi ini bersumber dari buku Open Your Heart, Follow Your Prophet karya Arif Rahman Lubis, yaitu tentang ayah.

 

*Gambar didownload secara gratis dari http://bossfight.co/man-baby-barn/

ayah harus meluangkan waktunya untuk sang buah hati

Ayah Punya Andil yang Besar dalam Kesuksesan Seorang Anak

Ayah berperan besar dalam kesuksesan seorang anak, dan hal itu bisa dimulai dengan meluangkan waktu untuk menemaninya.

Putri Indahsari Tanjung adalah anak pertama pengusaha terkenal Indonesia Chairul Tanjung. Pada tahun 2015, ia masuk dalam berbagai pemberitaan di media massa. Bahkan ada stasiun televisi yang sengaja mengundangnya menjadi bintang tamu untuk mengetahui lebih jauh sukses yang telah diraihnya selama ini.

Banyak yang terkejut melihat kesuksesan dan hasil kerja kerasnya tanpa campur tangan sang bapak secara langsung.

Ayah Perlu Meluangkan Waktu untuk Sang Buah Hati

Melihat kesuksesan anak Chairul Tanjung, siapa pun pasti menginginkan agar anaknya menjadi sedemikian hebat. Namun, mendidik anak untuk menjadi seseorang yang hebat bukan perkara mudah. Bahkan bagi kebanyakan orang, mendidik anak merupakan hal yang sangat sulit.

Anak sering membandel, tidak mau menurut, cenderung tidak patuh, dan justru berkata kasar.

Ternyata, setiap anak membutuhkan waktu dan kehadiran sang bapak. Anak tidak bisa dididik hanya dalam waktu singkat. Sebab, karakter anak yang terbentuk ketika remaja dan dewasa tergantung dari proses bagaimana orangtua mendidiknya.

Bila sang bapak sering bersikap cuek dan mengabaikan anak, kemungkinan besar anak akan tumbuh dengan perilaku yang buruk.

Ayah Tak Bisa Hanya Memberi Materi

Anak pun tidak bisa dididik hanya dengan diberikan materi. Agar menjadi seseorang yang hebat, anak perlu dididik dengan berbagai cara. Contohnya, dengan mengajarkan adanya Allah SWT. Hal ini dilakukan agar anak mengerti bahwa dalam situasi apapun, kita tidak boleh lupa berserah diri terhadap Tuhan.

Kemudian, dengan memberikan pendidikan agama dan moral. Bila memiliki pemahaman yang besar dalam pendidikan agama dan moral, penalaran anak akan semakin kuat terhadap benar atau salahnya suatu tindakan. Sampai dengan memberikan dukungan untuk mencapai impian dan cita-cita. Tentunya, hal ini dilakukan agar anak memiliki masa depan yang cerah dan bisa menjadi orang yang sukses kelak.

Nah, cara-cara inilah yang dibahas oleh akun @NasihatAyah dalam buku Tak Ada Anak Hebat Tanpa Ayah Luar Biasa. Penulis buku ini ingin mengajak Anda yang merupakan calon ayah ataupun yang telah menjadi seorang bapak agar berhasil mendidik anak dengan berbagai kiat. Tanpa ingin menggurui, penulis membahas kiat-kiat tersebut dengan menyisipkan kisah nyata yang inspiratif.

rindu ayah

Rindu Ayah dan Kenangan Tentang Masa-masa Saat Masih Bersamanya

Rindu Ayah kadang datang tanpa alasan. Ketika kerinduan itu datang, pikiran tentang masa lalu perlahan-lahan terbuka kembali.

Sejak perpisahan kedua orangtuanya, Anneke kerap merindukan sosok ayahnya. Orang yang menjadi pelindung dan teladan hidup sehari-hari. Dulu, ketika rumah tangga orangtuanya masih utuh, ia mendapatkan kebahagiaan yang lengkap darinya.

Ayahnya sering memberikan kejutan pada Anneke dan sang bunda. Rasa cinta pun selalu terpancar dari sorot matanya. Ia merasa aman dan nyaman ketika berada di dekat ayahnya. Cinta pertama Anneke di dalam hidupnya.

Sang ayah menjadikan Anneke sebagai seorang putri dan ibunya sebagai ratu di kerajaan kecilnya. Semua terasa menyenangkan, tak ada sedikit pun yang kurang. Hingga suatu saat, badai itu menerpa.

Entah bagaimana mulanya, ayah Anneke tergoda dan kemudian berpaling pada wanita lain. Ia melupakan cintanya pada ibu Anneke dan mencampakkan kebahagiaan yang telah ia ukir bersamanya selama puluhan tahun.

Ia tak mampu lagi mempertahankan rumah tangga yang sebelumnya ia bangga-banggakan sebagai kerajaan kecilnya itu. Karena berlarut-larut, masalah itu pun terus membesar, sehingga perpisahan akhirnya tak bisa dihindari. Anneke kecil kini hidup berdua saja bersama sang bunda.

Sejak hari itu, rindu ayah terus mengendap di hati Anneke. Kadang membuatnya menerawang ke tempat ayahnya kini tinggal, kadang membuatnya mengenang hari-hari mereka menghabiskan waktu bersama. Dan kapan pun Anneke membiarkan pikirannya kosong, rindu ayah di hatinya semakin tak tertahankan.

Anneke tak menampik rindu ayah di dasar hatinya. Tapi kerinduan itu berbanding lurus dengan rasa kecewanya. Hingga saat ia dewasa, sang bundalah yang membuatnya tersadar: bahwa hanya keikhlasan yang mampu menghilangkan sakit dan duka dalam hati seseorang. Termasuk kepada sang ayah.

Bundanya telah ikhlas melepas sang ayah, walaupun tentu masih menyisakan luka yang sangat dalam. Anneke sadar, bundanya merasakan sakit yang lebih dalam dari rasa sakit yang dirasakannya. Namun bundanya mampu bangkit dan ikhlas dengan rencana Allah. Mampukah Anneke mengikhlaskan rindu ayah dan kecewanya terhadap raja yang pernah bertahta di hatinya?

***

Temukan kisah kasih seorang anak terhadap sosok ayahnya dan cerita tentang rindu ayah itu di dalam buku Tentang Rindu karya tim penulis @tausiyahku. Membaca kisah-kisah di dalamnya akan membuat kita teringat masa-masa kecil saat limpahan kasih sayang masih mengalir dari orang-orang tersayang: ayah, ibu, saudara, dan sahabat.

 

Sumber foto: pixabay.com