islam Archives - Laman 2 dari 5 - Qultum Media
Qultummedia adalah penerbit buku islami
Qultummedia, qultum, novel islami, ibadah, buku, motivasi, pengembangan diri,
537
archive,paged,tag,tag-islam,tag-537,paged-2,tag-paged-2,wp-theme-stockholm,wp-child-theme-stockholm-child,theme-stockholm,woocommerce-no-js,metaslider-plugin,ajax_fade,page_not_loaded,,select-child-theme-ver-1.0.0,select-theme-ver-4.2,menu-animation-line-through,wpb-js-composer js-comp-ver-7.4,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-30952

Filosofi Ujian: Allah Ingin Kita Dekat dengan-Nya

Cobaan bisa datang kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun.

Kalau kita merasa hidup ini sulit, bersabarlah. Memang tak mudah, tapi sejatinya ini hanya jalan menuju kebahagiaan yang telah Allah rencanakan.

Jika kita ditolak dalam lamaran kerja, rasa kecewa sangat wajar kita rasakan. Tapi tetaplah berusaha dan berdoa, Allah akan membuka jalan yang baru bagi kita.

Jika akhirnya kita tak masuk universitas yang kita impikan, bersabarlah. Ada tahun-tahun berikutnya. Atau mungkin yang terbaik untuk kita memang bukan di sana. Sekali lagi, Allah akan membuka jalan baru yang lebih istimewa.

Cobaan Akan Mendewasakan Kita

Percayalah, kecewa yang kita alami akan membuat kita lebih dewasa. Masalah yang kita hadapi hari ini tidaklah seberapa dibanding dengan yang akan kita dapatkan di hari nanti. Allah ingin kita belajar dari masalah-masalah kecil agar ketika dihadapkan pada yang besar kita tak terlalu terkejut.

Saat kita menganggap beban masalah terlalu berat, yakinlah akan ada yang Allah ringankan. Mungkin bukan di dunia, bisa saja masalah tersebut merupakan tebusan untuk meringankan timbangan dosa kita di akhirat sana.



Tugas kita hanya merencanakan mau ke mana dan dengan cara apa. Setelah kita berusaha mewujudkannya, serahkan semuanya pada Allah. Sebab tak ada usaha yang sia-sia, serta tak pernah ada doa yang tak didengarkan-Nya.

Banyak Jalan untuk Bahagia

Kadang, ada keajaiban-keajaiban yang tak pernah kita pinta. Hingga kita menganggap kita merupakan orang yang beruntung. Padahal, itulah cara Allah menebus luka kita di masa lalu. Masa di mana kita ikhlas dan bersabar saat menanggung rasa pilu.

Tak hanya ada satu jalan untuk mencapai kebahagiaan. Allah punya jalan lain, jalan yang tak pernah kita anggap bisa melewatinya. Tapi, bagi Allah tak ada yang mustahil. Kekuasaan-Nya memang tak pernah bisa dicapai oleh akal manusia.

Masalah yang sedang kita alami saat ini, yang kecil maupun besar, semuanya akan mengantarkan kita menuju hikmah-Nya yang belum kita ketahui. Hikmah yang membahagiakan tiap kita yang menerimanya, juga hikmah yang membuat kita lupa pada perihnya masalah yang pernah ada.

iri adalah perbuatan rendah

Mengapa Kita Selalu Merasa Kurang?

Iri bisa menjangkiti siapa pun, terutama mereka yang merasa kebal darinya.

Sering kita hanya fokus menatap dan menakar karunia yang Allah berikan pada orang lain, namun tak punya waktu untuk mensyukuri apa yang kita miliki.

Ungkapan “rumput tetangga lebih hijau” kadang masih berlaku bagi kita. Benar, bagi hati yang jarang mensyukuri nikmat Allah, istilah itu adalah hal yang sangat wajar dan bahkan dapat diterima oleh akal.

Teman kita beli handphone baru, kita iri dan menginginkannya. Tetangga punya mobil baru, kita mengeluh karena Allah tidak memberikannya pada kita. Begitulah jika mata hanya untuk melihat bahagia orang lain, tak ada ruang di hati kita untuk bahagia.



Padahal, sebelum teman atau tetangga kita punya sesuatu yang baru, hidup kita nyaman-nyaman saja. Handphone kita yang tadinya tak ada masalah, tiba-tiba menjadi sesuatu yang paling usang ketika melihat handphone teman lebih bagus dari yang kita punya.

Di sisi lain, ada orang yang hidup seadanya. Bahkan untuk sekadar mendapatkan makanan di hari esok saja mereka tak yakin. Tapi, banyak dari mereka yang bersyukur walau hanya bisa makan untuk hari ini.

Anehnya, kita justru yang melupakan nikmat Allah yang tak terhingga jumlahnya. Jangankan perihal  materi, Allah padahal sudah memberi kita nikmat sehat yang tiada henti. Nikmat yang paling jarang kita syukuri, nikmat yang paling sering kita lupakan.

Tak salah kalau iri disebut penyakit yang sulit diobati. Sebab, ia bukan hanya menutup mata dari karunia Allah tapi juga menutup hati untuk mensyukurinya.

Dalam hidup ini, sejatinya untuk memperoleh bahagia itu sederhana. Terlebih soal harta, kita dianjurkan untuk melihat yang kekurangan. Selain untuk menambah syukur, itu juga membuat hati kita tergerak membantunya.

Jadi, bahagia itu seutuhnya kita yang memutuskan. Tak perlu melihat banyaknya nikmat orang lain, jika yang ada pada kita malah sering dilupakan.

Bersyukurlah.

Bahagia bukan terletak pada banyaknya harta, tapi pada hati yang selalu siap untuk mensyukurinya.

syukur

Syukur dan Ketenangan Hidup yang Kita Dambakan

Syukur adalah kunci kebahagiaan hidup. Tanpanya, kita akan sulit untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebab selalu saja ada yang kurang, tak sempurna, dan tak memuaskan hati.

Pernah tidak kita merasa sulit untuk bahagia? Padahal, semua yang kita butuhkan sudah Allah kasih. Doa yang kita panjatkan sudah Allah jawab. Serta satu persatu mimpi yang kita inginkan semakin banyak yang menjadi nyata.

Ternyata, yang kurang itu bukan karunia Allah, melainkan rasa syukur kita pada pemberian-Nya.

Baca juga:
Rezeki Kita Memang Sudah Ada yang Mengatur, Tapi …
Rezeki Kita Tak Lancar? Mari Amalkan 7 Kiat Mudah Ini

Itu sebabnya, hanya orang yang sakit yang tahu betul bahwa kesehatan mahal harganya. Hanya orang yang kehilangan yang benar-benar mengerti arti dari memiliki. Hanya orang yang kecewa yang sadar dirinya kurang bersyukur pada Allah.

Percayalah, dalam hidup ini Allah tidak mungkin mengecewakan kita. Mustahil bagi Allah ingin melihat hamba-Nya kesusahan. Dia selalu ingin kita hidup dalam ketenangan.

Namun, ketenangan itu ada di dalam hati, bukan terletak pada materi. Berapa banyak orang kaya namun ternyata tak bahagia? Berapa banyak pula orang yang sederhana tapi dalam keseharian justru sangat mensyukuri hidupnya?

fitrah cinta tumbuh berkat Allah Taala

Yang memberi ketenangan dalam hidup adalah Allah. Jadi, dekatilah Dia. Jangan menunggu waktu luang, justru luangkanlah waktu untuk berdoa dan bercerita pada-Nya.



Di balik sesuatu yang pergi, pasti ada yang lebih baik menghampiri. Setelah ada yang hilang, pasti ada yang segera datang. Hidup ini hanya tentang bersyukur saat menerima dan bersabar saat menunggu karunia-Nya.

Tak perlu melihat karunia yang Allah berikan pada orang lain. Karunia tiap orang pasti berbeda, karena ujian-Nya pun tak pernah sama. Cukup lihat yang kita punya, dan ucapkan dalam hati, “Syukurku jarang sekali, tapi Allah tetap memberiku karunia-Nya. Allah memang baik.”

Mulai saat ini, mari kita gapai ketenangan itu. Ketenangan yang sederhana. Bahwa tidak semua yang pergi harus membuat kita kecewa, karena ganti dari Allah nanti pasti lebih istimewa.

Mari bersyukur. Mari qanaah. Meski kadang hasil yang kita dapatkan tak sesuai keinginan, tetaplah percaya bahwa Allah pasti punya hikmah di balik ini semua.

 

 

Sumber Foto: Pixabay.com

Fitrah Cinta Menumbuhkan Iman Kepada Allah SWT

Fitrah manusia selalu mengarah pada kebaikan.

Karena cinta adalah bagian dari fitrah manusia maka cinta pasti mengarah pada kebaikan. Saat kita mencintai seseorang, bayangan tentangnya muncul setiap saat. Keinginan untuk bertemu memuncak. Semakin lama tak bertemu, semakin kuat rindu yang tumbuh.

Cinta membuat kita ingin selalu bersama orang yang kita cintai. Menjalani hidup berdua tanpa menghiraukan masalah yang ada. Seolah di dunia ini tak ada orang lain, kecuali hanya kita dan orang yang kita cintai. Kita hidup bahagia dengannya dan berjanji menjalani masa depan bersama.

Baca juga:
Arti Cinta yang Tak Semua Orang Sanggup Memahaminya

Cinta yang Hakiki Adalah Cinta Makhluk pada Khaliknya

fitrah kebaikan

 

Mungkin saat ini kita sedang memendam cinta pada orang lain. Entah ia mengetahuinya atau tidak, kita ingin selalu bisa berjumpa. Bersamanya menceritakan segala isi hati. Betapa bahagianya bisa bertemu dengan orang yang dinanti.

Tapi, tunggu dulu.



Sebelum berbicara jauh tentang cinta, bukankah sebaiknya kita mengenal siapa yang telah menanamkannya di hati kita?

Cinta ada karena Allah yang menumbuhkannya. Dan tidak mungkin Allah menanamkan sesuatu, kecuali ada maksud yang baik di balik semua itu.

Sebelum mencintai yang lain, Allah ingin kita mencintai-Nya terlebih dulu. Dia tak ingin kita menduakan-Nya, karena itulah Dia ingin kita menjadikan-Nya alasan di balik cinta kita pada yang lainnya.

Jika kita mencintai sesuatu karena Allah, Dia akan membantu kita untuk mendekatinya. Jika tidak, Allah akan memisahkan dengan cara-Nya yang mungkin tak terduga.

Yang tahu makna cinta akan berusaha menjaganya. Jika belum waktunya, ia tak akan mengungkapkan. Sebab ia tahu, Allah tak ingin dirinya lupa dengan hakikat cinta itu sendiri.

Ia akan terus berdoa dan memohon pada-Nya, jika memang cinta itu baik baginya maka tolong jangan hilangkan. Tapi jika ternyata tidak, ia berharap Allah menghilangkannya tanpa meninggalkan luka.

Punya cinta tak perlu diumbar. Teruslah berusaha menjaga dan merawatnya. Hingga waktunya tiba, Allah yang akan melengkapinya.

Cinta ada agar kita mendekat pada-Nya, cinta ada agar kita mensyukuri karunia-Nya, dan cinta tumbuh agar kita tak semakin menjauh dari-Nya.

 

 

Sumber Foto: Pixabay.com

shalat 5 waktu

Bulan Suci Ramadan dan 6 Fakta Menarik Tentangnya

Bulan suci Ramadan adalah momen yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam, mulai anak-anak hingga orang dewasa.

Baca juga:
Tip Ramadan Ini Akan Membuat Puasamu Semakin Lancar
Ramadan & Rencana-rencana yang Mudah Kita Lupakan

Selama ini kita sudah biasa menjalankan puasa di bulan suci Ramadan. Dan sebagaimana orang lain yang menyambutnya dengan bahagia, kita juga merasakan hal yang sama saat bulan suci itu tiba. Namun begitu, ternyata ada banyak hal menarik tentang puasa dan bulan Ramadan yang mungkin belum semuanya kita ketahui. Apa saja?

1 Arti kata Ramadan

‘Ramadan’ berasal dari bahasa Arab ‘romadhoon’, yang merupakan turunan dari kata ‘romadhu’ atau ‘romdhoo`’, yang artinya “panas yang menyengat pada musim kemarau”. Ada juga yang mengartikannya sebagai “waktu ketika dosa-dosa dibakar oleh amal saleh”.

Kata ‘ramadan’ sangat populer di Indonesia, sampai-sampai tak sedikit orang yang menjadikannya sebagai nama untuk anaknya. Biasanya karena sang anak lahir bertepatan pada bulan Ramadan.

2. Rasulullah berpuasa Ramadan hanya 9 kali seumur hidup

Puasa Ramadan diwajibkan pada umat Islam di bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah, atau tahun kedua Rasulullah berdomisili di Madinah. Setelah ada perintah berpuasa pada bulan Sya’ban itu maka pada bulan berikutnya, yakni bulan suci Ramadan, Rasulullah mengajak para sahabat untuk berpuasa.

Masa hidup Rasulullah di Madinah sekitar 10 tahun, yang artinya beliau bertemu dengan bulan suci Ramadan hanya 9 kali, karena puasa Ramadan baru diperintahkan pada tahun kedua Hijriyah. Menariknya, dari 9 kali bulan Ramadan, Rasulullah hanya satu kali menjalankan puasa secara penuh, sedang 8 bulan Ramadan yang lainnya tidak. Sepertinya beliau menghadapi kendala (uzur) yang menyebabkan beliau tidak berpuasa, mungkin sakit, melakukan perjalanan jauh, atau berperang.

3. Ramadan adalah bulan Al-Quran diturunkan untuk pertama kalinya

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)

Para ulama berbeda pendapat tentang ayat pertama Al-Quran yang diturunkan pada Rasulullah. Pendapat yang paling populer ada dua. Pertama, yang menyatakan bahwa surah yang pertama turun adalah Surah Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5, dan kedua, yang menyatakan bahwa surah yang dimaksud adalah Surah Al-Muddatstsir.

Betapapun demikian, saat ini umat Islam cenderung tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat itu, dan justru fokus pada momen peringatan turunnya Al-Quran tersebut, yang biasanya dikenal dengan istilah Nuzulul Quran. Di berbagai tempat di Indonesia, baik di masjid atau di rumah-rumah, umat Islam memperingati sejarah turunnya Al-Quran ini dengan menyelenggarakan tausiyah dan pengajian, yang biasanya diadakan pada malam ke-17 Ramadan.

4. Lailatul Qadar terjadi di bulan Ramadan

Selain Nuzulul Quran, umat Islam juga mengenal yang namanya Lailatul Qadar atau secara bahasa artinya Malam yang Mulia. Disebut Malam yang Mulia, karena malam tersebut diyakini sebagai malam diturunkannya Al-Quran (QS. Al-Qadar: 1) dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah, sebuah tempat yang berada di langit dunia.

Menurut Al-Quran sendiri, Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan. “Lailatul Qadar lebih mulia dibandingkan seribu bulan (QS. Al-Qadar: 3).” Karena kemuliaannya itu, amal baik yang kita kerjakan di dalamnya akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat-lipat.

5. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadan

Perang Badar adalah salah satu perang paling terkenal dalam sejarah Islam, sekaligus perang yang paling menentukan bagi perkembangan dakwah Islam. Nama ‘Badar’ diambil dari nama tempat yang terletak di sebuah lembah di antara Makkah dan Madinah.

Perang Badar pecah pada tanggal 2 Ramadan tahun kedua Hijriyah. Tentara muslim terdiri dari 313 pasukan, dengan perlengkapan perang yang terbatas, melawan tentara kafir yang berjumlah 1000 pasukan.

Meski kalah dari sisi jumlah, tentara muslim akhirnya berhasil mengalahkan tentara kafir. Sebanyak 70 tentara kafir terbunuh dan 70 lainnya ditawan. Tentu saja, kemenangan ini adalah anugerah dari Allah Ta’ala.

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam perang Badar, padahal kamu (ketika itu) adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Al-Imran: 123)

6. Fathu Makkah terjadi pada bulan Ramadan

Peristiwa bersejarah lain yang juga terjadi pada bulan suci Ramadan adalah pembebasan kota Makkah atau Fathu Makkah, yang terjadi pada tanggal 10 Ramadan tahun kedelapan Hijriyah. Dalam peristiwa ini, setelah mengungsi dari Makkah karena tekanan orang-orang kafir, umat Islam berhasil merebut kota tersebut dan kembali ke pangkuannya.

Meski terdengar seperti sebuah penyerbuan, karena melibatkan 10.000 umat Islam, dalam peristiwa ini umat Islam tidak menggunakan kekerasan sama sekali. Berhala-berhala yang berjajar di sekeliling Ka’bah memang dihancurkan tapi tak satu pun penduduknya dianiaya.

Sebuah riwayat menyatakan bahwa saat itu umat Islam sempat meneriakkan ancaman pada penduduk Makkah. “Hari ini adalah hari pembalasan (Al-yawmu yawmul malhamah)!” seru mereka. Tapi, ketika kata-kata itu didengar oleh Rasulullah, beliau memerintahkan untuk menggantinya menjadi, “Hari ini adalah hari kasih sayang (Al-yawmu yawmul marhamah)!

Itulah hal-hal menarik yang berkaitan dengan bulan suci Ramadan, bulan yang selalu kita tunggu-tunggu kedatangannya dan membuat kita berdoa agar selalu diberi panjang umur oleh Allah agar bisa bertemu kembali dengannya. Nah, Pembaca yang baik, mari membuat agenda kegiatan untuk mengisi bulan Ramadan tahun ini!

Semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah Ta’ala dan nanti setelah Ramadan pergi kita betul-betul menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Aamiin …

 

Gambar didapat dari: http://bersamadakwah.net

Ramadan & Rencana-rencana yang Mudah Kita Lupakan

Ramadan & Rencana-rencana yang Mudah Kita Lupakan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kita akan kembali berbahagia dengan datangnya bulan Ramadan. Bulan ketika Allah melimpahkan kasih sayang (rahmah) dan ampunan (maghfirah)-Nya pada kita. Sebagai muslim yang penuh rasa cinta pada Islam, kita tak bisa menutupi rasa bahagia dengan datangnya bulan suci ini, sebab ini menunjukkan dua hal.

Baca juga:
Tip Ramadan Ini Akan Membuat Puasamu Semakin Lancar
Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasullah

Pertama, doa kita tahun lalu agar Allah memberi umur yang panjang dan mempertemukan kembali dengan bulan mulia ini dikabulkan. Ini tentu patut kita syukuri. Di tengah usaha kita untuk memperbaiki masa lalu dan menambah bekal hidup di akhirat, Allah memperpanjang umur kita: sebuah kesempatan emas untuk melanjutkan usaha kita itu.

Kedua, kita mendapat kesempatan lagi untuk melakukan kebaikan yang pada bulan puasa tahun lalu belum kita kerjakan. Apa yang sudah kita kerjakan pada tahun sebelumnya akan kita lanjutkan pada bulan suci tahun ini, dan akan kita tambah dengan kebaikan-kebaikan lainnya. Dengan begitu, semoga Allah semakin mengasihi kita dan mengampuni dosa-dosa kita.

Kalau sebelumnya hanya mampu membaca Al-Quran satu rubu’ (seperempat juz) sehari, semoga pada Ramadan tahun ini bisa membaca satu juz penuh.

Kalau kemarin baru bisa bersedekah seadanya untuk para tetangga yang membutuhkan, semoga pada Ramadan tahun ini kita bisa menyedekahkan sesuatu yang lebih bernilai.

Kalau tahun lalu salat Tarawih kita bolong-bolong, semoga pada Ramadan tahun ini kita bisa memenej waktu untuk lebih istiqamah.

Ramadan dan Perlawanan Hawa Nafsu Kita

Biasanya, menjelang datangnya bulan Ramadan kita punya banyak rencana, dan semuanya sangat positif. Misalnya, untuk salat Tarawih kita memilih masjid-masjid megah yang bacaan imamnya merdu, untuk pengajian kita mendatangi majelis-majelis yang dihadiri oleh ustadz yang sedang tenar, dan untuk tilawah kita menargetkan satu bahkan dua juz Al-Quran.

Insya Allah, apa yang sudah kita niatkan itu Allah catat sebagai tambahan kebaikan untuk bekal kita di akhirat nanti, dan insya Allah semua itu semakin baik jika betul-betul kita kerjakan dan sebisa mungkin kita istiqamahkan. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, kuatnya keinginan dan tekad untuk beramal saleh di bulan Ramadan seringkali tak lebih kuat dibandingkan dengan hawa nafsu kita.

Karena hilang kendali, kita menyantap terlalu banyak makanan ketika berbuka, sehingga perut kekenyangan saat mau ikut salat Tarawih. Ujung-ujungnya kita absen ke masjid.

Karena kurang bisa mengatur jadwal tidur, kita mengantuk di tempat kerja. Jangankan membaca Al-Quran saat istirahat, mengerjakan tugas saja berantakan.

Hari demi hari berganti, sementara semangat kita yang kadung dipukul jatuh oleh hawa nafsu tak pernah bangkit lagi. Niat dan rencana yang kita susun menjelang bulan mulia itu tiba juga lamat-lamat kita lupakan. Kita lalu menghibur diri dengan program hiburan di televisi dan menyibukkan diri dengan ibadah (setidaknya begitu harapan kita) lainnya: mudik lebaran dan silaturahmi.

Ramadan: Momen untuk Semakin Mengenali Diri Sendiri

Pembaca yang baik, pada bulan Ramadan kali ini, mari kita berusaha untuk lebih mengenali diri sendiri. Mari kita jujur pada hati, apa yang kita inginkan dengan datangnya bulan suci ini, apa yang ingin kita raih di dalamnya, apa usaha kita untuk merayakannya, dan sejauh mana kita sanggup menjalankan niat atau rencana-rencana kita.

Kita boleh merencanakan ibadah ini dan itu, tentu saja itu bagus. Tapi, jika semua itu hanya hasrat setarikan nafas untuk kemudian kita lupakan begitu bulan suci betul-betul tiba, dengan atau tanpa alasan, tidakkah itu artinya kita menyia-nyiakan anugerah agung ini dan mengabaikan kesempatan untuk meraih berbagai keutamaan di dalamnya?

Jadi, mari berkomitmen lagi pada diri sendiri. Sayang, jika bulan yang penuh keberkahan ini kita lewati hanya dengan rasa lapar, dahaga, dan rencana-rencana yang tak pernah kita kerjakan. Mari kita tata terlebih dulu niat kita sebelum memasuki bulan mulia ini, mari kita atur lagi rencana-rencana kita untuk mengisinya. Tak usah muluk-muluk, tak usah mempersulit diri sendiri.

Mengikuti salat Tarawih atau mendengar pengajian di musala yang dekat dengan rumah kita, juga membaca Al-Quran meski hanya satu atau dua halaman saja, sudah baik, asal bisa kita kerjakan dengan istiqamah. Allah tak akan mempersoalkan di masjid mana kita beribadah, siapa ustadz yang kita dengar ceramahnya, dan sebanyak apa ayat suci-Nya kita baca.

Dia justru akan mempersoalkan sekuat apa kita menjaga keistiqamahan beribadah pada-Nya dan seikhlas apa kita mengerjakannya. Ingat, beramal banyak tapi tidak istiqamah dan ikhlas tak lebih baik lho dibandingkan beramal sedikit tapi istiqamah dan ikhlas. Sebab, “Allah tidak memandang rupa kalian, juga tidak harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian,” (HR. Muslim).

Ramadan adalah perayaan panjang, yang curahan pahala dan gempita keberkahan Allah turunkan pada siang dan malamnya. Tak ada siang atau malam di bulan suci ini yang tak Dia penuhi dengan kasih sayang dan ampunan-Nya. Amal baik yang kita kerjakan di dalamnya, sekecil apa pun itu, insya Allah menjadi benih kebaikan yang terus tumbuh untuk kita panen kelak di akhirat.

 

*Gambar dipinjam dari: https://occupiedpalestine.wordpress.com

amanah semakin langka

Amanah Adalah Karakter Manusia yang Semakin Langka

Amanah adalah satu di antara sedikit sifat mulia yang saat ini semakin langka ditemukan.

Kepercayaan orang lain tak dapat diberikan secara cuma-cuma. Kita harus menunjukkan reputasi terlebih dulu pada mereka bahwa kita bisa dipercaya, baru mereka akan memberikan kepercayaannya pada kita. Kepercayaan yang diberikan karena permintaan, apalagi muslihat, tak akan bertahan lama.

Kalau suatu toko dikenal curang karena menggunakan timbangan yang telah direkayasa, maka selamanya toko itu akan dijauhi oleh pelanggannya. Bahkan meski pemiliknya bertobat dan tak mau mengulangi kesalahannya, ia tetap akan menemui kesulitan menghapus citranya sebagai toko yang curang.

Amanah: Belajar dari Nabi Muhammad

Bahkan sebelum diangkat menjadi seorang rasul, Nabi Muhammad saw telah mendapat kepercayaan yang besar dari masyarakat Mekah. Itu beliau dapatkan karena reputasinya sebagai pemuda yang jujur; kata-katanya bisa dipegang, perbuatannya terjaga dari maksiat dan hal yang sia-sia.

Kepercayaan masyarakat terhadap beliau juga tumbuh karena kemampuannya yang dalam banyak hal bisa diandalkan, seperti dalam bisnis, diplomasi, dan perang. Ditambah lagi, beliau lahir dari keluarga yang terhormat, cucu penjaga Ka’bah yang disegani di seantero Arab: Abdul Muthallib.

Berkat reputasinya sebagai Al-Amin (Yang Terpercaya) pula, Khadijah, seorang bangsawan sekaligus saudagar Mekah, tak merasa khawatir saat kendali bisnisnya dipegang oleh Muhammad muda. Dan belakangan, karena alasan yang sama, ia bersedia menikah dengannya, meski usia keduanya terpaut jauh.

Siapa Pun Wajib Menjaga Amanah

Meraih kepercayaan orang lain tidak mudah. “Butuh satu tahun untuk membangun kepercayaan, tapi cukup satu menit saja untuk meruntuhkannya,” begitu kata pepatah. Kepercayaan memang seperti tunas kayu yang harus dijaga dan dirawat agar tumbuh kuat, selain waktu yang tak sebentar.

Itu sebabnya, jangan bermain-main dengan kepercayaan yang orang lain titipkan di pundak kita. Sekali dipercaya, selamanya kita harus menjaga amanah itu. Dan sekali saja meruntuhkannya, selamanya kita tak akan bisa mendapatkan kembali amanah itu. No second time for trust.

Mulai saat ini, mari kita menjaga kata dan sikap pada orang lain. Mari tumbuhkan kepercayaan mereka pada kita. Sebab bagaimanapun, kita tak pernah bisa hidup sendiri di dunia ini, dan celakanya, kita tak bisa selalu baik-baik saja. Suatu saat, mau atau tidak, kita pasti membutuhkan uluran tangan mereka.

Jika orang lain sudah percaya pada kita, mereka pasti sudi membantu mengeluarkan kita dari kesulitan. Jika tidak? Di situlah masalahnya. Apakah kita akan meminta tolong pada setan, sebab orang munafik (yaitu mereka yang ketika dipercaya lantas berkhianat) adalah kawan mereka?

Na’udzu billaahi min dzaalik.

 

Sumber foto: thetravellady.wordpress.com

rezeki kita harus dijemput

Rezeki Kita Memang Sudah Ada yang Mengatur, Tapi…

Rezeki kita harus kita jemput, dengan ikhtiar lahir dan ikhtiar batin. Sekaligus.

“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Ar-Rum [30]: 40)

Rezeki kita adalah ketetapan Allah SWT. Seperti jodoh dan kematian, rezeki setiap manusia sudah diatur oleh-Nya. Allah Mahakuasa terhadap apa yang ada di bumi dan langit beserta isinya.

Allah menciptakan semua itu semata untuk makhluk-makhluk-Nya. Air dan matahari sebagai sumber kehidupan, tumbuhan untuk dikonsumsi manusia dan hewan, langit dan bumi sebagai “rumah dan atap” sebagai tempat mereka berlindung.




Rezeki Kita: Ikhtiar Menjemputnya Adalah Keharusan

Meskipun rezeki kita sudah ditetapkan sedemikian rupa oleh Allah, bukan berarti kita tidak perlu berikhtiar dalam menjemputnya. Fasilitas dan kemudahan yang Allah ciptakan berupa alam semesta dan isinya ini hendaknya membuat kita lebih bersyukur, yakni bersemangat dalam menjemput rezeki dan tidak berpangku tangan saja.

Menjadi kaya itu tidak dilarang dalam Islam. Apalagi jika rezeki kita itu membuat kita lebih dekat dengan Allah. Membuat kita tidak hanya semangat memperkaya diri sendiri tapi juga berbagi dengan orang yang membutuhkan. Dengan begitu, rasa lelah yang kita rasakan saat bekerja akan berbuah pahala dari Allah SWT.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita ikhtiarkan dalam menjemput rezeki.

  1. Bertakwa
  2. Bertawakal
  3. Bersyukur
  4. Memperbanyak istighfar
  5. Bersedekah
  6. Shalat Khusyu’
  7. Shalat Dhuha.

Kiat-kiat di atas merupakan cara untuk memperoleh keberkahan rezeki kita, bukan sekadar menjemputnya. Memang, tanpa ikhtiar batin seperti itu, rezeki kita akan lebih sulit diperoleh. Tapi bagaimanapun, tanpa keberkahan rezeki yang kita dapatkan tidak akan banyak memberikan manfaat.

Tentang Kiat-kiat Menjemput Rezeki Kita

Selain berisi tentang bagaimana mendapatkan rezeki secara halal dan thayib, buku Amalan-amalan untuk Mempercepat Datangnya Rezeki juga dilengkapi dengan amalan-amalan penarik rezeki yang sebaiknya kita lakukan saat pagi, siang, dan malam hari. Buku ini juga dilangkapi dengan doa-doa untuk memperlancar pekerjaan dan terbebas dari utang dan kemiskinan.

Membaca buku ini seperti menemukan pelengkap yang selama ini kita cari-cari, yang dengannya kita menjadi tahu mengapa rezeki yang kita peroleh selama ini terasa kurang berkah. Selamat membaca!

 

Sumber gambar: AboutIslam.net

membayar zakat harus disegerakan

Membayar Zakat: Bukti Iman dan Cara Menjaga Kesucian Harta

Membayar zakat harus muncul dari kesadaran diri kita, bukan karena dipaksa oleh pihak-pihak tertentu.

Zakat bukan hanya sebuah kewajiban dalam Islam tapi juga bukti. Bukti bahwa pemeluknya benar-benar muslim yang sejati, bukan sekadar mencari keuntungan dengan mengaku muslim. Seorang muslim yang sejati pasti akan sukarela membayarkan zakatnya, betapapun nilainya sangat besar, bukan justru menunda-nunda, menahan, apalagi mengingkari kewajiban tersebut.

Pada zaman Nabi saw dulu, sebagian orang yang mengaku memeluk Islam merasa sayang dengan harta bendanya dan memilih untuk tidak membayarkan zakatnya. Mereka inilah yang disebut sebagai orang munafik. Keselamatan mereka terjamin dengan menjadi pengikut Nabi saw tapi pada saat yang sama enggan menunaikan kewajiban tersebut.

Zakat adalah salah satu pilar dalam agama kita. Kalau kita enggan membayar zakat maka itu sama artinya kita tidak menegakkan salah satu pilar di dalamnya, yang bisa juga diartikan membiarkan agama yang kita cintai ini roboh. Dan jika Islam yang sudah diperjuangkan oleh Rasulullah dan para ulama ini roboh maka itu artinya akan segera terjadi kebinasaan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda, “Allah tidak akan menerima iman seseorang yang tidak menunaikan zakat, dan tidaklah seseorang itu beriman kecuali dia menunaikan zakatnya.”

Membayar Zakat dan Hubungannya dengan Iman

Iman adalah keyakinan di dalam hati, yang diutarakan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Di sinilah hubungan antara iman dan zakat bisa kita lihat. Kalau seseorang benar-benar beriman maka ia pasti membayarkan zakatnya, sebab itu adalah bukti kesungguhan imannya. Jika tidak, maka iman yang diucapkannya tidak lebih sekadar kata-kata yang tidak bermakna.

Kalau kita cermati, seseorang yang enggan membayarkan zakatnya muncul karena rasa cinta yang berlebihan terhadap harta bendanya. Kecintaan yang berlebihan terhadap harta benda membutakan hatinya, dan membuatnya lalai bahwa dunia dan isinya yang kita miliki sekarang suatu saat akan kita tinggalkan.

Orang yang terjaga imannya sadar bahwa akhirat itu kekal, sementara dunia ini sementara saja. Itu sebabnya, perasaan cinta terhadap harta benda tidak menghinggapi hatinya. Jangankan untuk membayar zakatnya, uangnya hilang pun mereka tidak terlalu merasa sedih. Sebab mereka tahu, bahkan jiwanya sendiri adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali pada-Nya.




“Hubbun dun-yaa ro`su kulli khothi`ah, cinta dunia adalah akar segala masalah”. Betapa banyak pertikaian di dunia ini terjadi akibat orang-orang dilalaikan oleh harta benda. Bahkan belakangan ini, munculnya hoax dan pecahnya perang konon terjadi juga karena hasrat sebagian orang untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya, tanpa memedulikan kebaikan dirinya dan orang lain.

Membayar Zakat Akan Menjaga Kesucian Harta Kita

Menahan zakat tidak akan membawa faedah apa-apa bagi kita. Itu bukan hanya membuktikan kepalsuan iman dan Islam kita tapi juga tidak bisa mempertahankan apalagi menambah jumlah harta benda kita. Sebaliknya, enggan membayarkan zakat justru merupakan awal bagi musnahnya limpahan rezeki yang telah Allah berikan pada kita sekaligus keberkahannya.

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis, “Tidak akan binasa harta benda di daratan dan di lautan kecuali dengan menahan pembayaran zakat.”

Mungkin ada baiknya kita renungkan doa Sayyidina Ali berikut, sebuah ungkapan yang mencerminkan kearifannya dalam menempatkan harta benda duniawi di dalam hidupnya. “Alloohummaj’alhaa fii aydiinaa, walaa taj’alhaa fii quluubinaa (Ya Allah, letakkanlah harta benda itu di tanganku, janganlah Kau meletakkannya di hatiku).”

Mengapa Sayyidina Ali memohon pada Allah agar harta benda duniawi diletakkan di tangannya dan bukan di hatinya? Karena tangan adalah simbol kekuasaan dan kendali, sementara hati adalah simbol pusat kekuasaan dan kendali. Harta benda yang ada di dalam genggaman tangan kita akan mudah kita kendalikan untuk tujuan yang baik, tapi jika ada di hati kita maka akan sulit untuk kita arahkan.

Walloohu a’lam.

 

Sumber foto: https://ekonomi.kompas.com




Kabah

Rasulullah dan Keajaiban Menjelang Kelahirannya

Rasulullah dan keajaiban menjelang kelahirannya mungkin tak banyak kita tahu, padahal orang yang mencintainya pasti ingin tahu apa yang terjadi saat itu.

Diutusnya seorang rasul adalah salah satu bukti betapa sayangnya Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dia ingin hamba-hamba-Nya sadar bahwa Dia selalu membimbing mereka dengan adanya rasul di sampingnya.

Sebagai khatamun nabiyyin (penutup para nabi), kelahiran Rasulullah sangat dinanti-nanti. Tak hanya oleh manusia, bahkan binatang, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta juga merindukan kehadirannya. Karena itu, tak heran jika ada hal-hal aneh terjadi menjelang kelahirannya.

Baca juga:
Ingin Rumah Tangga Bahagia? Hindari Hal-hal Ini
Kamu Ingin Tahu Siapa Jodoh yang Tepat Untukmu? Ikuti Lima Petunjuk Ini

Hal-hal aneh ini ada kaitannya dengan kondisi alam yang tak wajar. Bagi masyarakat Arab pada masa itu, kejadian ini merupakan sesuatu yang mengherankan. Sebelumnya tak pernah terjadi.
Nah, inilah lima hal aneh yang terjadi menjelang lahirnya Nabi Muhammad saw.

1. Rasulullah dan Keajaiban yang Pertama: Api Majusi Padam

Orang-orang Majusi adalah penyembah api. Api yang mereka sembah selama beratus-ratus tahun itu tak pernah padam. Tapi, menjelang lahirnya Nabi Muhammad saw, api itu padam seketika. Meski mereka berupaya menyalakannya kembali, tetap tidak berhasil.

2. Rasulullah dan Keajaiban yang Kedua: Bintang Besar Bercahaya

Menjelang lahirnya Nabi Muhammad saw, orang-orang Yahudi dan Nasrani melihat bintang besar yang bercahaya sangat terang. Bintang itu tak pernah terlihat sebelumnya di langit Makkah. Karenanya, sebagian mereka berkata, “Nabi penutup zaman telah lahir.”

Mereka berkata demikian karena telah mendapat informasi dari kitab suci mereka bahwa akan lahir seorang nabi akhir zaman yang ditandai dengan munculnya bintang besar.

Ka’bul Akhbar ra berkata: “Saya telah melihat di dalam Taurat bahwa Allah Ta’ala telah mengabarkan kepada Kaum Musa tentang saat keluarnya Muhammad saw, ‘Sesungguhnya bintang yang telah kamu ketahui itu, bila ia bergerak dari tempatnya, menandakan bahwa Rasulullah saw telah keluar.’

Ketika Rasulullah saw lahir, bintang itu bergerak dan pindah dari dari tempat asalnya. Maka, orang-orang Yahudi dan Nasrani semuanya mengetahui bahwa rasul yang diberitakan Allah itu telah lahir ke dunia, namun mereka merahasiakannya disebabkan kedengkian mereka.” Lihat selengkapnya.

3. Rasulullah dan Keajaiban yang Ketiga: Burung-burung Beterbangan di Langit Makkah

Sebelumnya, tak pernah terlihat burung yang begitu banyak terbang di atas kota Makkah. Tapi, pada hari kelahiran Nabi, entah dari mana burung-burung terlihat berbondong-bondong mengitari kota Makkah. Seakan menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw.

4. Rasulullah dan Keajaiban yang Keempat: Pohon Kurma Kering Kembali Berbuah

Dikabarkan dalam Injil tentang tanda-tanda menjelang lahirnya nabi akhir zaman yaitu, “Bahwasanya apabila pohon kurma kering mengeluarkan daun-daunan, maka itu menandakan keluarnya Rasulullah ke dunia.”

Ketika Rasulullah saw lahir, pohon kurma yang kering dan layu menjadi segar kembali, berdaun dan berbuah. Melihat hal itu, orang-orang Nasrani pun mengetahui bahwa Rasul yang dijanjikan Allah di dalam kitab Injil itu telah lahir ke dunia. Tetapi hal itu mereka rahasiakan, disebabkan kedengkian mereka. Lihat selengkapnya.

5. Rasulullah dan Keajaiban yang Kelima: Mata Air Kering Memancar Kembali

Di dalam kitab Zabur diterangkan bahwa kelahiran nabi akhir zaman ditandai, “Ketika mata air yang sudah kalian kenal kering dan tiba-tiba memancarkan air dengan derasnya maka pada saat itulah Nabi Muhammad saw telah lahir ke dunia.”

Itulah lima kejadian aneh menjelang kelahiran Nabi Muhammad saw. Ini menjadi bukti betapa mulianya utusan Allah, sampai-sampai alam pun ikut gembira dengan kelahirannya. Lebih lengkap mengenai hal-hal yang terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad saw, kita bisa mengunjungi laman berikut ini.

Kejadian-kejadian aneh menjelang lahirnya Nabi Muhammad saw antara lain:

1. Api Majusi padam, setelah beratus-ratus tahun disembah.
2. Bintang besar bercahaya, salah satu tanda kelahiran Nabi Muhammad menurut ahlul kitab.
3. Burung-burung beterbangan di langit Makkah, demi menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw.
4. Pohon kurma kering kembali berbuah, sehingga masyarakat bisa berbondong-bondong memetiknya.
5. Mata air kering memancar kembali, memberikan berkah bagi penduduk di sekitarnya.