Zakat Harta Warisan Tanah

Nama : Sashenka Diandar
Email : sashenkadiandar@……
Pertanyaan :

Assalamu’alaikum wr.wb.
Saya mendapat warisan dari orangtua berupa bidang tanah. Kemudian, tanah tersebut saya jual. Dari hasil penjualan tanah itu, dari yang harus saya keluarkan 2.5% itu sebagai zakat atau infak?
Terima kasih atas penjelasannya.

Wassalam.


Jawaban:

Wa’alikum salam wr. wb.
Zakat memiliki persyaratan tertentu dalam pengaturannya. Di antaranya, seseorang dikatakan wajib membayar zakat apabila telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Yaitu, harta tersebut milik sempurna, berkembang (baik riil maupun estimasi), sampai nisab (85 gram emas murni/653 kg makanan pokok), tidak terjadi zakat ganda, dan cukup haul atau telah berputar selama satu tahun (kecuali rikaz, pertanian, dan yang sejenis). Sebaliknya, jika belum memenuhi syarat-syarat tersebut, tidak ada kewajiban menunaikan zakat dari harta yang dimilikinya.

Nama : Sashenka Diandar 
Email : sashenkadiandar@……
Pertanyaan :


Tulis Konsultasi

Assalamu ‘alaikum wr. wb

Saya mendapat warisan dari orangtua berupa bidang tanah. Kemudian, tanah tersebut saya jual. Dari hasil penjualan tanah itu, dari yang harus saya keluarkan 2.5% itu sebagai zakat atau infak?
Terima kasih atas penjelasannya.

Wassalam.


Jawaban:

Wa’alikum salam wr. wb.
Zakat memiliki persyaratan tertentu dalam pengaturannya. Di antaranya, seseorang dikatakan wajib membayar zakat apabila telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Yaitu, harta tersebut milik sempurna, berkembang (baik riil maupun estimasi), sampai nisab (85 gram emas murni/653 kg makanan pokok), tidak terjadi zakat ganda, dan cukup haul atau telah berputar selama satu tahun (kecuali rikaz, pertanian, dan yang sejenis). Sebaliknya, jika belum memenuhi syarat-syarat tersebut, tidak ada kewajiban menunaikan zakat dari harta yang dimilikinya.

Mengenai pertanyaan yang Bapak ajukan, yakni zakat harta (uang) dari hasil penjualan tanah warisan. Kami menyimpulkan bahwa hasil penjualan tanah tersebut tidak wajib dizakati selama belum terpenuhi syarat-syarat wajib zakat, sebagaimana disebutkan di atas. Sebab, harta yang Bapak miliki dari hasil penjualan tersebut termasuk ke dalam kategori harta tunai (uang; perhiasan) dan harta jual beli (perdagangan), –kecuali apabila hasil penjualan hasil pertanian yang belum dikeluarkan zakatnya, hasil penjualannya dikeluarkan zakatnya sebesar 10% atau 5%, tergantung jenis irigasi yang digunakan–. Namun, apabila memenuhi syarat-syarat di atas, dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5 % jika menggunakan haul kalender Hijriyah. Sedangkan, apabila menggunakan haul kalender Masehi, zakatnya dikeluarkan sebesar 2.575%.

Selain itu, jika Bapak mengeluarkannya sebesar persentase di atas, sekalipun belum memenuhi syarat-syarat wajib zakat, tidak termasuk sebagai zakat, tapi sebagai sedekah. Dan, perbuatan ini sangat terpuji, sebagai tanda syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki kepada hamba-Nya. Tentu, amal saleh ini akan mendapatkan pahala dan keutamaan yang besar di sisi-Nya jika dilakukan dengan ikhlas.

Akan tetapi, dalam kerangka penilaian metodologi penghitungan zakat kontemporer, harta (uang) hasil  penjualan tanah tersebut mesti digabungkan dengan pendapatan Bapak selama satu haul. Misalnya, Bapak memiliki penghasilan dari gaji, bonus, atau pendapatan lainnya yang halal sebesar 40 juta rupiah selama satu tahun. Kemudian, dikurangi biaya hidup pokok, membayar hutang, dan kewajiban lain yang mesti dikeluarkan, seperti pajak, retribusi, dan denda, yakni sebesar 10 juta rupiah. Maka, nilai bersih uang Bapak tinggal sebesar 30 juta rupiah. Nah, dari 30 juta rupiah itu ditambahkan dengan hasil penjualan tanah tersebut –misalnya, hasil penjualan tanah sebesar 15 juta rupiah– sehingga menjadi 45 juta rupiah. Kemudian, dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5% (Hijriyah) atau 2.575% (Masehi).  Dengan demikian, persentase yang Bapak keluarkan tersebut termasuk ke dalam kategori zakat.

Kesimpulannya, dari penjelasan di atas, nampak seperti dualisme pendapat, yakni bermakna sedekah (infak) dan zakat. Tampak demikian, disebabkan oleh status atau jenis harta yang dimiliki dan metodologi yang digunakan dalam menghitung pengeluaran zakat dari harta yang dimiliki.

Wallaahu ‘alam bishawaab

 

qultummedia:
Leave a Comment