“Mengapa jumlah saksi perempuan harus lebih banyak daripada laki-laki? Mengapa pula anak laki-laki harus memeroleh lebih banyak bagian waris daripada anak perempuan? Mengapa dalam keadaan haid dan nifas perempuan diliburkan shalatnya? Nah, buku ini dengan cukup meyakinkan menjawab dan menyuguhkannya dengan tiga basis ilmu pengetahuan; psikologi, medis, dan Islam. Sangat penting untuk dibaca!”
KH. Mustofa Bisri
(Pengasuh Pondok pesantren Raudlahtuh Tholibin, Leteh, Rembang)

“Keunikan otak perempuan, keistimewaan emosinya, serta sisi lainnya yang selama ini sering musykil, bahkan juga sisi kelemahan dan kelembutannya, serta berbagai rahasia yang terkait dengan dunia keperempuanan, saya temukan jawabannya dalam buku ini. Satu di antaranya, mengapa hanya butuh sepertiga menit, bahkan detik, perempuan bisa jatuh cinta. Lebih dari sekadar ilmiah, tapi juga sangat informatif dan inspiratif!”
Akhiriyati Sundari
(Mubaligah, sastrawan, dan ketua komunitas Matapena Yogyakarta)

“Buku ini semakin meyakinkan saya bahwa mendidik anak perempuan dan anak laki-laki itu tak bisa disamakan. Karena susunan dan jaringan otak perempuan ternyata berbeda, dan keduanya punya signifikasi tersendiri. Anda patut membacanya!”
Rohinah M. Noor
(Penulis buku “Psikologi Perkembangan Anak”, dan Praktisi Pendidikan di UIN Sunan Kalijaga)