Kue-kue kering ini selalu kuletakkan dalam lima stoples berbeda di ruang tengah. Meski tidak ada yang memakan,
aku tetap bersikukuh membuatnya. Nanti, setelah satu bulan berlalu, akan kuminta Bi Iyah membagikannya ke tetangga apabila stoples-stoples kaca itu masih penuh isinya.
“Nya, sudah, to, berhenti buat kuenya. Sayang, tidak ada yang makan.” Ini bukan pertama kalinya Bi Iyah menyuruhku berhenti. Tak terhitung berapa kali aku menyelanya.
“Biar saja, Bi. Besok anak-anakku akan datang. Pasti kue-kue ini habis. Bi, ini putri salju kesukaan Demara, yang nastar milik Setyo, lalu kastengel ini nanti berikan kepada Citra. Damar pasti akan meminta dua, antara kue kacang dan semprit keju, tetapi katakan kepadanya biar dia membawa semprit keju saja, kue kacang itu kesukaan Safira.”
Reviews
There are no reviews yet.