Imam Al-Ghazali: Tentang Cinta, Rindu, dan Kerelaan

Bagi kamu yang pernah mengetahui kitab Ihya Ulumuddin, pasti tahu dengan penulisnya yang sangat tersohor. Ya, Imam Al-Ghazali, seorang sufi dan filosof dari Iran yang telah melahirkan karya besar ribuan tahun lalu dan masih dibaca hingga kini. 

Salah satu bagian dalam Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa cinta sejatinya hanya untuk Allah. Bagian itulah yang membuat Soraya Dimyathi dan Yon Machmudi tertarik untuk membahasnya di dalam sebuah buku bertajuk Tarbiyah Cinta Imam Al-Ghazali. Seperti apa isi bukunya? Simak wawancara tim Qultummedia dengan Soraya Dimyathi berikut ini.

Bagi kamu yang pernah mengetahui kitab Ihya Ulumuddin, pasti tahu dengan penulisnya yang sangat tersohor. Ya, Imam Al-Ghazali, seorang sufi dan filosof dari Iran yang telah melahirkan karya besar ribuan tahun lalu dan masih dibaca hingga kini. 

Salah satu bagian dalam Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa cinta sejatinya hanya untuk Allah. Bagian itulah yang membuat Soraya Dimyathi dan Yon Machmudi tertarik untuk membahasnya di dalam sebuah buku bertajuk Tarbiyah Cinta Imam Al-Ghazali. Seperti apa isi bukunya? Simak wawancara tim Qultummedia dengan Soraya Dimyathi berikut ini.

Apa kabar, Mbak Soraya? Saat ini sedang sibuk apa?

Alhamdulillah, baik. Saat ini saya sibuk sebagai ibu rumah tangga dan menjadi salah satu pengurus di Yayasan Cinta Keluarga di Depok. Yayasan ini bergerak di bidang keluarga. Kita punya kajian dan siaran di radio untuk ketahanan keluarga. Biasanya ditujukan untuk pasangan muda. 

Bagaimana perasaan Mbak setelah buku Tarbiyah Cinta Imam Al-Ghazali ini terbit?

Wah, yang jelas senang sekali. Ketika pihak Qultummedia menawari saya untuk menulis buku ini, saya mendapat banyak pelajaran bagi diri saya sendiri. Dengan hadirnya buku ini, kalau ibadah saya kurang sempurna jadi suka malu sama diri sendiri, jadi lebih banyak introspeksi diri lagi. Inginnya sih, buku ini berkah dan dapat membawa manfaat buat semua orang.

Bagaimana proses kreatif buku ini? 

Awalnya saya dikontak oleh penerbit. Penyelesaian naskahnya beberapa kali mundur dari deadline. Karena, membahasakan ulang sebuah buku yang sudah ada seperti buku Imam Al-Ghazali ini tidak sama dengan menulis buku kita sendiri, yang gagasan awalnya lahir dari proses kreatif kita sendiri. Selain muncul dari diri kita, ide-ide seputar buku ini juga berasal dari ide orang lain. Terasa berbeda memang ketika kita menulis cerita sendiri dengan menceritakan atau membahasakan buku orang lain. 

Apa pendapat Imam Al-Ghazali tentang cinta, rindu dan kerelaan?

Kalau dalam buku aslinya, Imam Al-Ghazali menceritakan bahwa cinta itu hanya untuk Allah. Tidak disampaikan hubungan cinta dengan sesama manusia. Karena, menurutnya, cinta adalah amal yang tinggi derajatnya. Ketika Imam Al-Ghazali mengulas tentang cinta, otomatis yang dibahas itu hanya cinta kepada Allah. Kita memang menghubungkan cinta kepada sesama manusia, tapi semuanya akan bermuara kepada cinta kepada Allah. Sama halnya dengan rindu dan kerelaan. Jadi, yang paling tinggi adalah cinta. Jika sudah cinta, rindu dan rela akan mengikuti. Di bawahnya lagi nanti ada derajat ikhlas, kemudian sabar, dan lainnya.

Bagaimana Mbak Soraya membahasakan buku Imam Al-Ghazali yang sudah ribuan tahun lalu ini dalam bahasa yang lebih modern?

Imam Al-Ghazali mendefinisikan cinta sama persis dengan perasaan saat kita suka sama orang. Beliau berkata bahwa cinta itu ‘menyukai’. Menyukai itu otomatis seperti kita menyukai seseorang. Jadi, itu yang akhirnya bisa masuk ke dalam bahasa sekarang. Secara garis besar, tarbiyah cinta adalah pembinaan cinta untuk kita semua supaya kita mencintai Allah. Kalaupun ada cinta-cinta yang lain, muaranya hanya kepada Allah.   

Apa daya tarik utama dari buku ini?

Kalau baca buku aslinya, kita mungkin akan pusing karena bahasanya yang terlalu kaku. Jadi, agak susah memang untuk dipahami, kecuali baca langsung dari bahasa Arab. 

Bisa dikatakan buku ini ditujukan untuk pembaca yang ingin lebih mudah memahami pandangan Imam Al-Ghazali tentang cinta. Buku ini diuraikan dengan bahasa yang mudah dipahami untuk anak muda, apalagi yang sedang jatuh cinta, yang sedang menyiapkan diri untuk menikah, dan yang ingin meluruskan hal-hal yang selama ini salah kaprah tentang cinta. 

Apa pesan yang mau disampaikan melalui buku ini?

Kita ingin mengajak pembaca untuk menyelam lebih dalam di samudera Islam. Caranya ya dengan berusaha untuk meningkatkan ibadah kita dan mendekatkan diri kepada sesama. Dalam buku ini juga dikatakan bahwa dengan cinta semua dapat berjalan dengan indah. Ajaibnya seorang mukmin itu ketika diuji, ia akan menerimanya dengan cinta. Apa pun takdir yang datang dari Allah dan diterima dengan cinta, insya Allah akan lebih berkah.

Ada bagian yang menjadi favorit Mbak Soraya?

Wah, semuanya favorit ya. Hehehe… Tapi, saya suka dengan bagian “keakraban dengan Allah”. Ada derajat yang dinamakan uns atau keakraban. Orang yang sudah akrab dengan Allah, meski kemudian ia berbuat khilaf, Allah akan memaafkannya.

Harapan Mbak Soraya ke depan dengan hadirnya buku Tarbiyah Cinta Imam Al-Ghazali?

Harapannya buku kami dapat diterima masyarakat, banyak orang yang terinspirasi dan membawa berkah untuk semuanya.


Buku Tarbiyah Cinta Imam Al-Ghazali karya Yon Machmudi dan Soraya Dimyathi ini membahasakan ulang konsep cinta, rindu, dan rela yang ada dalam kitab Ihya Ulumuddin. 

 

 

qultummedia:
Related Post
Leave a Comment