Tanpa kita sadari, kita sering mudah puas dengan pekerjaan atau kebaikan yang kita lakukan. Menyelesaikan tugas tepat waktu meski kualitasnya tidak meyakinkan, memberi santunan kepada pengemis dengan uang ala kadarnya, atau mengerjakan shalat tanpa memperhatikan kekhusyu’annya.
Padahal, Allah dan Rasulullah tidak mengajarkan kebaikan semata-mata karena kebaikan itu mudah untuk dilakukan, namun karena keuntungan terbesar yang bisa didapatkan darinya. Inilah yang dijelaskan penulis dalam buku ini. Untuk meraih keuntungan terbesar dari setiap kebaikan, kita perlu melakukan kebaikan itu dengan jalan yang terbaik (ihsan).
Anjuran ini bukan tanpa alasan. Sebab, semakin baik cara kita dalam melakukan kebaikan, semakin besar pula keuntungan yang akan kita dapatkan. Keuntungan itu bisa dalam bentuk rezeki yang datang tak terduga, prospek bisnis yang cemerlang di masa depan, rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, atau anak-anak yang saleh dan menyenangkan.
Orang-orang yang menyelesaikan tugas dan pekerjaannya dengan cara terbaik akan dicintai oleh Allah SWT. Jika Allah SWT mencintai seseorang, tentu Rasulullah saw rindu untuk bertemu dengannya. Inilah alasan mengapa balasan yang terbaik datang kepada mereka yang istiqamah melakukan kebaikan dengan jalan yang terbaik. Jika Allah sudah mencintai kita, apa yang tidak Dia berikan kepada kita?