Potret Pelaku dan Peristiwa pada Akhir Zaman

Kematian merupakan sebuah akhir dan awal. Akhir bagi kehidupan di alam dunia dan awal bagi kehidupan di alam kubur. Selama berada di alam kubur, manusia dan jin bisa berada dalam kenikmatan atau siksaan, bergantung kepada amal perbuatan mereka semasa hidup di alam dunia. Namun kehidupan di alam kubur bukanlah proses terakhir kehidupan.

Setiap hari, jumlah manusia dan jin yang meninggal semakin bertambah dan bertambah. Akhirnya datanglah Hari Kiamat yang diawali dengan ditiupnya sangkakala yang pertama oleh malaikat Israfil, setelah itu seluruh langit, bumi, dan dunia segenap isinya hancur lebur. Seluruh makhluk yang bernyawa pun dimatikan.

Proses berikutnya adalah tiupan sangkakala yang kedua sebagai tanda “peluit” bagi seluruh manusia, jin, dan hewan untuk digiring ke Padang Mahsyar. Timbul suatu pertanyaan, apa Mahsyar itu?

Tempat tersebut bukanlah bumi yang saat ini dipijak oleh manusia, karena bumi dan langit telah hancur musnah pada peristiwa tiupan sangkakala yang pertama. Pada saat itu Allah telah menggantikan bumi dan langit dengan bumi dan langit yang baru, yang sama sekali berbeda dengan bumi dan langit yang saat ini ada.

Mahsyar adalah sebuah tempat pengumpulan seluruh makhluk untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya semasa di dunia. Mereka datang tanpa alas kaki, tanpa sehelai benang pun yang menempel di badan, dan dalam keadaan belum dikhitan. Matahari didekatkan sejarak satu mil di atas kepala mereka. Keringat mereka bercucuran deras sesuai kadar dosanya. Mereka berdiam diri di tempat, tanpa gerak, tanpa suara, selama 50.000 tahun untuk menunggu keputusan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Para malaikat hadir bershaf-shaf. Semua jiwa menunduk lesu, takut, dan hina di hadapan-Nya. Neraka pun didekatkan kepada mereka. Amal-amal perbuatan ditunjukkan, ditanyakan, dan dimintakan pertanggungjawaban. Para malaikat, nabi, anggota badan, dan bumi memberi kesaksian.

Kemudian, mereka dihisab atas semua amal perbuatannya masing-masing. Sebagian manusia yang beriman akan mendapat syafaat, baik dari Nabi Muhammad, sahabat, maupun orang shaleh yang lain, sedangkan mereka yang tidak mendapat syafaat langsung menuju ke  “meja” peng-hisab-an.

Proses selanjutnya, buku catatan amal perbuatan pun segera dibagikan. Amal kebaikan dan amal keburukan ditimbang. Setelah catatan amal dibagikan, orang-orang beriman yang tidak mencampuradukkan keimanan mereka dan selalu meneladani Rasul tanpa membuat bid’ah, akan singgah di al-haudh (telaga). Mereka meminum air yang ada di dalamnya sehingga tidak haus selama-lamanya.

Kemudian, keimanan setiap manusia akan diuji, Allah akan menyingkapkan betisnya, kemudian seluruh makhluk yang beriman akan sujud tersungkur, sedangkan orang-orang munafik walau memaksakan diri untuk bersujud tidak mungkin bisa. Di sinilah diketahui mana orang yang benar-benar beriman dan orang-orang yang munafik.

Terakhir, masuk ke proses final yang sangat menegangkan yang menentukan akhir nasib kehidupan masing-masing di akhirat. Pada proses ini, Jembatan Shirath telah dibentangkan di atas neraka Jahanam, dengan jangkar-jangkar pengait raksasa di kanan-kirinya, siap menyambar siapa pun yang akan menjadi penghuni neraka.

Manusia dalam menjalani hari-harinya di Padang Mahsyar akan mengalami beberapa keadaan, mengecewakan atau menyenangkan bergantung kepada amal ketika di dunia, sebagian mereka berada dalam keadaan yang berbeda sejak dibangkitkan hingga melewati Shirath.

Akan tetapi, dari ulasan di atas,  bagaimanakah alur cerita selengkapnya, yakni mulai dari tiupan sangkakala sampai jembatan shirath? Bagaimanakah bentuk nikmat orang beriman dan siksaan orang-orang yang bermaksiat kepada Allah? Amal perbuatan apa saja yang menyebabkan nikmat atau siksa di Padang Mahsyar?  Dan, siapa sajakah orang-orang yang berhak mendapatkan kenikmatan surga dan layak mendapatkan siksa api neraka? 

Dalam buku “1001 Wajah Manusia di Padang Mahsyar” yang ditulis oleh Abdur Rahman Al-Wasithi dan Abu Fatihah Al-Adnani ini, Anda akan mendapatkan jawabannya. Dengan ulasan yang dramatis nan indah, yang dibekali oleh kekuatan dalil Al-Quran dan sunah, buku ini menjadi sangat harus Anda baca demi meraih ilmu dan bekal di Akhir Zaman kelak.

qultummedia:
Related Post
Leave a Comment