Meski tak diinginkan, kehilangan pernah dirasakan oleh semua orang; mengubah pandangannya tentang cinta, masa depan, mungkin juga kehidupan. Membuatnya sadar bahwa sehebat apa pun ia mencintai kekasihnya, tak ada ikatan yang cukup kuat untuk terus menyatukan keduanya.
***
Untuk diriku yang pernah terluka,
Lihatlah dirimu, kau jauh dari apa yang dulu pernah kau takutkan. Kau sepenuhnya baik-baik saja. Kau bertemu orang-orang yang menyenangkan, kau pergi ke tempat-tempat yang penuh keindahan. Kau sangat menikmati hidupmu.
Bayanganmu tentang keterpurukan, penyesalan panjang, masa depan yang kelam, dan luka yang mustahil terobati nyatanya tak pernah kau alami. Kau menjalani hari-hari dengan senyuman. Sesuatu yang tak terpikirkan olehmu saat itu; saat orang yang kau cintai memilih pergi.
Dulu kau berkata hidupmu telah usai. Harapan yang terus kau pupuk tak pernah berbunga dan cinta yang selalu kau siram justru mengering. Kau bilang, “Untuk apa meraih impian, jika di sampingku tak ada orang yang kusayang?”
Aku tak pernah lupa hari-hari itu. Hari-hari kau menjadi orang yang sepenuhnya berbeda. Tak ada nyanyian yang cukup merdu untuk menghibur hatimu. Tak ada canda yang cukup lucu untuk membuatmu tertawa. Orang-orang berkata bahwa kau berubah, tapi kau bersikukuh menjawab baik-baik saja.
Bagimu, orang yang kau cinta adalah segalanya. Pusat hidup dan matimu. Surga dunia dan akhiratmu. Selalu ada waktu kau berkabar padanya, meski sering kau tak mendapat balasannya.
Masa mudamu tak terasa terus merayap. Usia membawamu mendaki tangga pengalaman. Hidup menempamu dengan berbagai kesulitan. Semua yang ada di luar dirimu tampak berubah, tapi kau sadar, ada yang tak berubah di dalam dirimu. Ingatanmu. Ya, ingatanmu masih sering mengajakmu kembali.
Ketika malam mulai menguasai alam, ketika sepi menyelimuti bumi, ingatan diam-diam membujukmu untuk bercengkerama. Melihat lagi jalan-jalan yang telah kau tempuh, persinggahan-persinggahan kau melepaskan penat, rumah-rumah yang pernah kau kunjungi. Kau berbagi asa dengannya, bertukar cerita dan rasa.
Sampai satu titik ketika kau tak sanggup menguasai dirimu, sudut matamu menggenangkan air kesedihan. Dan selama sekian detik, kenangan tentangnya: lembut sapanya, wangi parfumnya, dan sungging senyumnya, membanjiri duniamu. Membuatmu tenggelam dan tak ingin kembali ke permukaan.
Malam semakin larut, dan harapan akan datangnya pagi tak pernah lagi melintas di kepalamu. Kau pun meluapkan perasaan. Kau menangis sejadinya.
Tak pernah kau sadari, malam itu adalah malam yang paling berharga dalam hidupmu. Meski kau menghabiskannya dengan deraian air mata, malam itu menjadi awal bahagiamu hari ini. Kenangan yang berabad-abad kau dekap akhirnya kau lepaskan. Impian masa lalu yang selalu kau simpan akhirnya kau relakan.
Pagi harinya saat terbangun, kau terkejut dengan apa yang terjadi padamu. Tidur panjangmu serupa adegan film yang tak sepenuhnya kau ingat. Tapi, kau tak terlalu mempersoalkan. Sebab kau sudah menemukan jawaban teka-teki hidupmu dan mulai bisa melupakan patah hatimu.
***
Separah apa pun hati kita tersakiti, waktu menjadi penawar yang paling bisa diandalkan, paling tidak membantu kita sedikit mengabaikan sakitnya. Di sini, berlalunya waktu adalah anugerah yang jarang kita sadari, apalagi kita syukuri.
Kita tak pernah berharap kehilangan apa pun. Tapi, hidup selalu punya jalan ceritanya sendiri. Sekuat apa pun kita mengendalikannya, ada saatnya kita harus tunduk dan berlutut: pada tikungan jalan hidup yang tak pernah kita perkirakan.
Ya, di situlah harapan kadang memudar, seiring kenyataan yang bertolak belakang. Sebagian orang kemudian menghabiskan waktunya dengan meratapi takdir, sebagian melakukan perjalanan yang tak benar-benar memiliki tujuan, sebagian lagi mencari pelampiasan dengan mencari pengganti.
Buku Setelah Dia Pergi telah rilis bulan ini. Akhir Mei 2019 ini, buku pertama Dedy Chandra H. ini sudah bisa Pembaca dapatkan di toko-toko buku se-Indonesia. Saat ini, penulis tengah membuka Pre-Order melalui akun @tersenyumlah.semesta, berikut link-nya
bit.ly/pesanbukusdp
*Sumber foto: freepik.com
Leave a Comment