Kalau kata orang, mahasiswa kedokteraan itu keren abis. Gimana nggak keren, passing grade jurusannya tinggi. Sebelum masuk mesti rebutan dulu sama lulusan SMA se-Indonesia. Kuliahnya superserius. Nggak ada waktu buat nge-game. Setelah lulus mesti ikut co-assistant (koas) dulu di rumah sakit. Lalu, jadi dokter deh. Ke mana-mana megang suntikan dan kalungan stetoskop.
Prosesnya panjang dan melelahkan. Tapi, mereka bisa melewatinya.
Namun, mahasiswa kedokteran juga manusia. Di balik tampilan keren seorang calon dokter, hal-hal konyol juga mereka miliki. Simak deh penuturan Tazkia Fatimah yang harus kembang-kempis melewati masa-masa kuliah di FK dan koas dalam bukunya, Cenat-Cenut Calon Dokter.
Tes masuknya susah. Ujian lulusnya lebih susah.
Kalau kata orang, mahasiswa kedokteraan itu keren abis. Gimana nggak keren, passing grade jurusannya tinggi. Sebelum masuk mesti rebutan dulu sama lulusan SMA se-Indonesia. Kuliahnya superserius. Nggak ada waktu buat nge-game. Setelah lulus mesti ikut co-assistant (koas) dulu di rumah sakit. Lalu, jadi dokter deh. Ke mana-mana megang suntikan dan kalungan stetoskop.
Prosesnya panjang dan melelahkan. Tapi, mereka bisa melewatinya.
Di antara hal-hal yang nggak menyenangkan saat koas, hal-hal kocak juga menimpa cewek lulusan FK Unpad ini. Ngadepin pasien yang hobi neriakin kata-kata kotor, ngeladenin bocah perempuan yang gayanya udah kayak drama queen, sampai diam mematung (sambil pegang martabak) saking shock-nya saat ada pasien yang butuh penanganan darurat.
Nggak hanya pengalaman kocak, dalam bukunya ini Tazki juga mengajak kita merenung. Di balik sakit yang diderita pasiennya, ia mengajak kita untuk memikirkan kuasa Allah SWT dan hakikat manusia hidup di dunia.
Yang nggak kalah seru, simak juga pengalaman Tazki menjelajahi Pakistan, Iran, Turki, Lebanon, dan Yordania saat mengikuti misi kemanusiaan ke perbatasan Palestina, Global March to Jerussalem.
Leave a Comment