Cinta Lebih Membutuhkan Keikhlasan Dibanding Pengorbanan
Cinta lebih membutuhkan keikhlasan dibanding pengorbanan, apalagi hanya sebatang cokelat atau sebaris puisi.
Waaaah, bicara ini lagi. Gak ada tema lain apa ya?
Hihi, jangan salah, sebab yang ini beda…
Baca juga:
Meraih Cinta Bahagia dengan Doa & Zikir
Hidup Bahagia Bersama Cinta Abadi
Jadi, begini. Mungkin sebagian dari kita memahami cinta sebatas hubungan istimewa antara seseorang dengan lawan jenisnya. Padahal kalau kita amati lebih dekat, sebenarnya seseorang tidak bisa dikatakan cinta jika ia tak memiliki keikhlasan yang luar biasa.
Kok bisa?
Mmm, kita buat perumpamaan seperti ini. Ada seorang ibu yang rela menahan rasa sakit demi melihat senyum seorang anak yang akan dia lahirkan. Ada seorang ayah yang sanggup berjalan kaki puluhan kilometer untuk menghidupi keluarganya. Dan, ada seseorang yang jarang terbangun tengah malam tapi suatu malam menguatkan diri untuk wudhu dan shalat Tahajud.
Ini semua cinta, bukan? Yap, ini semua cinta. Sebab, ada keikhlasan yang membuncah-buncah dalam sikap orang-orang dalam contoh di atas.
Saat kita berani memutuskan untuk jatuh cinta, kita harus siap untuk mengikhlaskan hati untuk merasakan apa pun. Karena cinta bukan hanya tentang bahagia. Cinta yang Allah titipkan itu bercerita tentang banyak hal. Terkadang kita jatuh cinta, tapi orang yang kita sukai tidak memandang sedikit pun rasa yang kita simpan itu. Atau tidak jarang cinta kita berbalas, tapi sayang orang yang kita cintai tak kunjung memberi kepastian. Ada juga malah yang bangga dengan cintanya, lantas menjalin hubungan melewati batas. Katanya sih pengorbanan.
Teman, cinta itu bukan tentang pengorbanan tapi keikhlasan. Bagaimana bisa kita terus-terusan menunggu sesuatu yang tanpa kepastian, lalu kita katakan itu pengorbanan, padahal banyak hal yang sudah pasti yang menjadi kebahagiaan kita. Bagaimana bisa kita menyerahkan jiwa dan raga secara cuma-cuma lalu kita menyebutnya bukti cinta, sedangkan masa depan kita masih panjang, dan seseorang yang benar-benar baik telah Allah siapkan. Bagaimana bisa kekecewaan dan kesedihan yang berkepanjangan karena rasa yang tak terbalas kita anggap kekuatan, sementara di luar sana orang-orang yang tulus mencintai kita selalu mengharapkan kita bahagia.
Seseorang yang berkorban atas nama cinta belum tentu ikhlas. Bisa jadi ada satu dan lain hal yang ia inginkan, sehingga harus melakukan pengorbanan. Tapi, seseorang yang ikhlas pasti akan rela berkorban untuk apa pun yang terbaik bagi cintanya. Orang yang ikhlas pasti bersedia berkorban, sementara orang yang mau berkorban, sebesar apa pun pengorbanannya, belum tentu ikhlas.
Keikhlasan dekat dengan rahmat Sang Pencipta. Seseorang yang jatuh cinta, kemudian ia landasi cintanya itu dengan iman dan ikhlas, maka ia tidak akan takut dengan segala sesuatu yang mungkin terjadi pada cintanya. Sebab, ia tahu cintanya pada siapa pun di dunia ini tidak akan berlangsung lama.
Seseorang yang berkorban terkadang menyesali pengorbanannya, jika apa yang ia inginkan tak ia dapatkan. Tapi, seseorang yang ikhlas mencintai akan selalu ridha dengan apa pun yang terjadi pada akhirnya, entah ia mendapatkan apa yang ia cintai atau tidak. Karena ia percaya, Allah tidak akan memberikan hal buruk di setiap keikhlasan yang ia lakukan.
Maka, jika kita sedang mencintai seseorang, cintailah dirinya dengan hati yang ikhlas. Karena jika ia yang terbaik untuk kita, ia akan menjadi hadiah terindah dari keikhlasan yang kita ikhtiarkan itu. Jika ia bukan yang terbaik, ia akan menjadi pelajaran terhebat yang akan membuat kita lebih bijaksana.
Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang mengikhlaskan hati pada ketetapan-Nya. Jatuh cinta itu tidak pernah salah kok, cara kita menjaganya mungkin yang kurang tepat. Allah tidak mungkin menitipkan sesuatu yang tidak baik pada kita.
Salam,
Arum LS.
Sorry, the comment form is closed at this time.