Silaturahmi: Mengapa Kita Perlu Terus Melakukannya?

Silaturahmi mungkin tampak sepele, tapi banyak manfaat yang bisa kita petik dari kegiatan yang tak hanya baik tapi juga mengasyikkan ini.

Shalat, puasa, haji. Begitu kurang lebih bayangan kita setiap mendengar kata ibadah. Tak keliru, memang. Tapi jika kita cermati ajaran Islam lebih dekat, ibadah sebenarnya tak melulu berupa aktivitas ritual.

Baca juga:
25 Ibadah Pilihan untuk Keluar dari Kemelut
Ragam Tradisi Unik Lebaran di Tanah Air

Islam yang kita yakini adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan (ilahiyyah) sekaligus kemanusiaan (insaniyyah). Karenanya, keseimbangan antara keduanya sangat diperhatikan.

Dalam Al-Qur`an, Allah beberapa kali menyinggung tentang iman (pada Allah) beriringan dengan amal saleh (pada sesama). Ayat ini contohnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya.” (QS. Al-Kahfi: 107)

Apa yang dimaksud “amal saleh” dalam ayat di atas? Allah tak ingin kita egois: sepanjang waktu larut dalam kesendirian dengan-Nya. Kita juga diperintahkan untuk memikirkan orang lain. Peduli terhadap masalah-masalah mereka dan mau mengulurkan tangan untuk membantu mereka.

Lebih jauh Allah menjelaskan bahwa ridha-Nya juga meniscayakan amal saleh. Berbuat baik pada orang lain tak hanya akan melahirkan kebahagiaan di hatinya tapi juga menerbitkan ridha Allah pada diri kita, yang dalam ayat di atas digambarkan dengan surga Firdaus.

Mengapa Silaturahmi?

Nah, salah satu amal saleh yang ditekankan dalam Islam adalah silaturahmi. Silaturahmi tersusun dari dua kata, yaitu shilah yang maknanya hubungan dan rahmi yang artinya kasih sayang. Bagi masyarakat Indonesia, silaturahmi adalah tradisi yang sudah berakar kuat dan terus dijaga hingga kini.

Dengan bersilaturahmi, kita berharap kasih sayang antara kita dan kerabat tak terputus. Orang-orang yang enggan menjaga silaturahmi ibarat pasir kering yang mudah terurai –tak ada kedekatan emosional, solidaritas, dan persaudaraan dengan kerabatnya.

Putusnya silaturahmi kerap menjadi awal datangnya bencana bagi sebuah keluarga. Seorang anak bersikap masa bodoh dengan orangtuanya yang sakit-sakitan, seorang adik yang tega menggugat kakaknya sendiri terkait warisan, dan lain-lain.

Ironis bukan, jika seseorang rajin menjaga hubungannya dengan Allah tapi abai dengan keluarganya sendiri? Ia rajin shalat jamaah di masjid, berpuasa sunah, atau naik haji dan umrah tiap tahun, tapi dengan orangtuanya durhaka atau dengan saudaranya tak pernah rukun.

Islam menghendaki kehidupan yang baik bagi kita, di dunia dan akhirat. Dan itu tak bisa didapatkan hanya dengan memenuhi haqqullah atau kewajiban terhadap Allah tapi juga haqqul Adam atau kewajiban terhadap manusia.

Jika tak bisa meluangkan waktu untuk mengunjungi kerabat dan teman, kita bisa meneleponnya. Jika menelepon pun tak ada waktu, kita bisa mengirimkan pesan pendek padanya. Dengan banyaknya media komunikasi seperti sekarang, silaturahmi bukan lagi sesuatu yang merepotkan.

 

Firdaus Agung (editor QultumMedia)

 

Admin Qultum:
Related Post
Leave a Comment