Nikah Ajalah, Hari Gini Pacaran Udah Nggak Zaman
Nikah itu saatnya kita bangun dari “tidur”, sementara pacaran adalah ketika kita masih “terlelap” dan “bermimpi”…
Baca juga:
Jangan Pernah Menyerah! (Special Edition)
Sabar Itu Cinta yang Menghadirkan Ketenangan
Cinta Lebih Membutuhkan Keikhlasan Dibanding Pengorbanan
Menentukan pasangan hidup dan mengambil keputusan untuk menikah di usia yang belia tentu butuh pertimbangan yang matang. Kita perlu memikirkan bagaimana persiapannya, bagaimana prosesnya, dan bagaimana meraih cita-cita bersama. Penulis buku Jatuh Cinta Tak Pernah Salah yang juga pengelola akun Instagram @negeriakhirat, Arum Listyowati Suprobo atau yang akrab disapa Arum, berbagi pengalamannya menikah di usia muda. Mari simak wawancara kami dengannya.
Mbak Arum, saya lihat tulisan-tulisan di akun Instagramnya sering bicara tentang nikah di usia muda. Mengapa?
Sederhana sih, Mas, sebenarnya. Saya ingin membuka pikiran teman-teman bahwa nikah muda itu tidak berarti mencari masalah, asal niat kita lillaahi Ta’aalaa dan dijalani dengan berpegang pada syariat-Nya. Bukan ingin ngomporin sih, tapi asumsi bahwa pacaran itu bisa menjamin kehidupan rumah tangga yang baik sudah seharusnya ditinjau ulang.
Sebelum berhijrah, saya dan suami sama-sama pernah pacaran dengan orang lain, tapi akhirnya jodoh kami bukan mereka. Saya dan suami malah bertemu secara tidak terduga. Pengalaman pribadi saya itulah salah satunya yang ingin saya bagi pada teman-teman.
Kalau boleh tahu berapa usia Mbak Arum saat menikah dulu?
Saya menikah usia 20 tahun, suami saya 23 tahun. Jadi memang sama-sama baru menginjak usia 20-an tahun.
Ada tidak kendala sebelum memutuskan untuk nikah muda, misalnya dari keluarga, teman, atau lingkungan?
Kendala utama jelas dari orangtua, karena waktu itu saya masih kuliah. Kedua dari diri saya sendiri. Waktu itu saya sulit sekali membayangkan di usia yang masih sangat muda saya harus memikirkan rumah tangga, ketika teman-teman saya yang lain hanya memikirkan kuliah mereka. Sedangkan kendala dari teman dan lingkungan tidak terlalu saya rasakan. Ya paling teman-teman saya hanya terkejut dan tidak percaya, tapi setelah saya jelaskan alhamdulillaah mereka bisa mengerti pilihan saya.
Kalau menurut Mbak Arum sendiri, apakah saat itu Mbak Arum sudah merasa matang secara emosional?
Secara emosional saya sebenarnya belum bisa dibilang matang, tetapi alhamdulillaah suami sudah cukup dewasa, mungkin karena beliau punya pengalaman yang cukup banyak meski usianya baru duapuluhan. Di awal-awal menikah saya merasa kurang persiapan untuk menghadapi permasalahan rumah tangga. Tapi itu bukan sesuatu yang tidak bisa diselesaikan, sebab kami memang punya komitmen untuk terus belajar, lebih-lebih ada dukungan dari orangtua kami yang bisa menjadi tempat kami mencurahkan isi hati.
Sekarang kami menyadari betapa untuk menikah kita perlu mempertebal iman, membersihkan hati, dan memperbanyak ilmu. Sebab kehidupan rumah tangga tidak untuk satu atau dua hari saja tetapi selamanya.
Boleh diceritakan apa makna Jatuh Cinta Tak Pernah Salah?
Jatuh cinta bisa terjadi pada siapa saja, bisa datang tiba-tiba atau perlahan, di tempat yang kita duga atau tidak, dan di waktu yang memungkinkan atau menurut kita mustahil. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Kalau kemudian ada yang menjadi persoalan, itu adalah bagaimana kita merespon hati yang sedang jatuh cinta. Orang yang berpikiran panjang akan sanggup mengendalikannya, sedang mereka yang mudah termakan dorongan nafsu akan mudah terjerumus.
Dalam satu kalimat saja, pesan apa yang ingin Mbak Arum sampaikan dalam buku Jatuh Cinta Tak Pernah Salah ini?
Mencintai dan dicintai adalah anugerah dari Allah SWT yang harus senantiasa disyukuri.
Menurut Mbak Arum apa yang menarik dari buku ini?
Semuanya. Hahaaa… Begini, Mas, buku ini kan isinya quote dan kisah-kisah. Saya sebagai penulis berharap buku ini bisa memberikan pencerahan atau minimal penyemangat, terutama saat pembaca sedang dalam situasi yang tidak menentu.
Saya pribadi senang jika dalam situasi seperti itu membaca kalimat-kalimat yang menguatkan dan menghibur, sebab kadang saat sedang mendapat masalah, kita tidak memerlukan saran dari orang lain tentang solusinya, sebab kita sendiri mungkin sudah tahu. Yang kita butuhkan adalah perhatian dan rasa pengertian. Quote itu kan hasil renungan yang seolah-olah adalah bentuk perhatian pada kita.
No Comments