Strategi Jenius Khalid bin Walid dalam Perang Mu'tah - Qultum Media
Qultummedia adalah penerbit buku islami
Qultummedia, qultum, novel islami, ibadah, buku, motivasi, pengembangan diri,
24494
post-template-default,single,single-post,postid-24494,single-format-standard,theme-stockholm,woocommerce-no-js,ajax_fade,page_not_loaded,,select-child-theme-ver-1.0.0,select-theme-ver-4.2,menu-animation-line-through,no_animation_on_touch,wpb-js-composer js-comp-ver-7.4,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-30952

Strategi Jenius Khalid bin Walid dalam Perang Mu’tah

Perang Mu’tah adalah perang berdarah pertama antara kaum muslim dan Romawi, sekaligus show of force di hadapan kekuatan musuh bangsa Arab karena berhadapan dengan negara adidaya kala itu. Perang ini merupakan perang untuk membuka penaklukan ke negeri-negeri Nasrani. Mu’tah merupakan sebuah daerah yang letaknya dekat dengan Palestina (dulu masuk wilayah Syam).

Perang Mu’tah adalah perang berdarah pertama antara kaum muslim dan Romawi, sekaligus show of force di hadapan kekuatan musuh bangsa Arab karena berhadapan dengan negara adidaya kala itu. Perang ini merupakan perang untuk membuka penaklukan ke negeri-negeri Nasrani. Mu’tah merupakan sebuah daerah yang letaknya dekat dengan Palestina (dulu masuk wilayah Syam).

Islam dengan kemuliaannya selalu menjaga keagungan wajahnya. Islam terbebas dari tuduhan selama ini yang menyatakan bahwa Islam adalah agama teroris, perusak, tidak cinta damai. Padahal, Islam sangat menghargai ikatan perdamaian. Islam tidak akan memulai peperangan sebelum musuh melakukan kesalahan atau memulai peperangan terlebih dahulu. Perang Mu’tah adalah perang pertama kaum muslim dengan Romawi. Penyebab peperangan ini bermula ketika Rasulullah mengirim utusan yang akan dikirim ke penguasa Bashra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi, lalu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia. Selain itu, 15 orang sahabat Rasulullah juga dibunuh di Dhat-Talh. Hal inilah yang membuatnya marah. Selanjutnya, ia mempersiapkan sebuah pasukan ya terdiri dari 3.000 personel untuk menghadapi kekuatan besar Romawi yang berjumlah 200.000 pasukan yakni satu orang berbanding enam puluh tujuh orang (1:67)!

Dalam buku Strategi Perang Rasulullah yang ditulis Muhammad Abu Ayyasy disebutkan bahwa Rasulullah ikut merancang strategi perang Mu’tah dalam menghadapi pasukan Romawi, yaitu sebagai berikut.

Strategi Rasulullah dalam Perang Mu’tah
1. Mobilisasi Masif
Pasukan Mu’tah berjumlah sekitar 3.000 pasukan. Sebuah pasukan terbesar yang dimiliki kaum muslim setelah perang Ahzab.
2. Mengangkat dan Merekomendasikan Komandan Perang.
"Kalau Zaid gugur, Ja’far bin Abi Thalib yang memegang pimpinan. Kalau Ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah yang memegang pimpinan."
Itulah rekomendasi yang diberikan Rasulullah. Adapun peperangan ini merupakan peperangan pertama bagi Khalid bin Walid setelah beberapa waktu lalu masuk Islam. Dengan sukarela, ia menjadi prajurit bawah komando orang-orang yang telah ditunjuk Rasulullah.
3. Membuat Aturan Perang
Rasulullah berpesan kepada para komandan sebelum keberangkatan mereka, seperti yang diriwayatkan dalam sahih Bukhari, "Berperanglah kalian atas nama Allah, di jalan Allah, melawan orang-orang kafir kepada Allah. Jangan berkhianat, jangan mencincang, jangan membunuh anak-anak, wanita, orang yang sudah tua renta, orang yang menyendiri di biara Nasrani, jangan menebang pohon kurma dan pohon apa pun, dan jangan merobohkan bangunan."
4. Melepas Keberangkatan Pasukan
Strategi perang ini biasa dilakukan oleh para pemimpin untuk memompa semangat pasukan. Beliau mengantarkan mereka sampai di Tsaniatul Wada’. Setelah itu, pasukan berangkat dengan rahmat Allah tanpa ada ketakutan sedikit pun di dalam hati mereka, kecuali takut kepada Allah. Menuju karunia Allah dengan menghadapi pasukan besar musuh. Inilah komitmen terbesar seorang muslim diuji, tidak salah jika Rasulullah mengatakan bahwa, "Puncak dari agama adalah jihad." Hal tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa perjuangan yang kita lakukan pada bangsa Indonesia belum sebanding dengan mereka.

Strategi Para Komandan Pasukan pada Perang Mu’tah
1. Mengetahui Peta Kekuatan Musuh
Setelah pasukan muslim tiba di Mu’tah, mereka mendapat informasi bahwa pasukan musuh berjumlah 200.000 pasukan Romawi yang terdiri dari orang-orang Yunani dan orang-orang Arab sekitar Syam. Selain itu, bantuan pasukan dari Heraklius juga didatangkan. Beberapa keterangan menyebutkan bahwa Heraklius-lah yang akan memimpin pasukannya yang terdiri dari 100.000 orang Romawi. Mereka bermarkas di Ma’ab di bilangan Balga’. Selain itu, ditambah lagi dengan 100.000 orang dari Bani Lakhm, Judham, Qain, Bahra’, dan Bali. Berdasarkan informasi, pasukan tersebut dipimpin oleh Theodore, saudara Heraklius.

2. Membentuk Dewan Musyawarah Militer
Berdasarkan timbangan manusiawi, tidak masuk akal kalau 3.000 personel berhadapan dengan 200.000 personel karena sangat tidak sebanding. Setelah tiba di Mu’an, para sahabat dari perwira tinggi militer bermusyawarah mengenai strategi menghadapi musuh. Kebingungan merayap ke dalam hati mereka hingga berjalan dua malam. Akhirnya, ada yang mengusulkan untuk mengirimkan surat kepada Rasulullah supaya beliau mengirimkan bala bantuan personel atau instruksi lain. Namun, Abdullah bin Rawahah tidak setuju dan memberikan motivasi kepada mereka, "Saudara-saudara, demi Allah, apa yang tidak kita sukai dalam keberangkatan kalian justru itu yang kita cari sekarang ini, yaitu mati syahid. Kita memerangi musuh itu bukan karena jumlah, bukan karena kekuatan, juga bukan karena banyaknya personel. Tetapi, kita memerangi mereka hanyalah karena agama ini, yang dengannya Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu, marilah kita maju. Kita akan memperoleh satu dari dua pahala yaitu menang atau mati syahid. Akhirnya, gelora jihad mereka terbakar dan mengambil keputusan sesuai dengan pendapat Abdullah bin Rawahah.

3. Membagi Pos Komando
Pasukan muslim bermarkas di Mu’tah dan bersiap menghadapi pasukan musuh. Sayap kanan pasukan dipimpin oleh Quthbah bin Qatadah Al-Adzari, sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ubadah bin Malik Al-Anshary. Sementara, komando tertinggi dipimpin oleh Zaid bin Haritsah.

4. Melaksanakan Estafet Kepemimpinan Sesuai Instruksi Rasulullah
Kedua pasukan bertemu, lalu terjadilah pertempuran yang hebat dan tidak seimbang. Zaid bin Haritsah berperang sambil memegang bendera kepemimpinan, kemudian gugur. Setelah itu, bendera kepemimpinan diambil oleh Ja’far bin Abi Thalib. Ia juga gugur, kedua tangannya putus, dan di tubuh bagian depan terdapat 90 lebih luka tusukan pedang dan panah. Kemudian, bendera kepemimpinan diambil oleh Abdullah bin Rawahah. Ia juga syahid di jalan-Nya.

5. Majunya Khalid bin Walid dan Strateginya
Setelah itu, salah satu dari pasukan mengambil bendera kepemimpinan dan diberikan kepada Khalid bin Walid. Meskipun sudah menolaknya, seluruh pasukan memilihnya. Kemudian, beliau yang selama ini terkenal dengan kemahirannya dalam berperang, melakukan strategi perangnya. Ia menilik kebutuhan pasukan muslim merupakan suatu siasat yang dapat menakuti pasukan Romawi. Tujuannya adalah menyelamatkan pasukan muslim dari kehancuran dengan menarik mundur. Strateginya di antaranya.
1. Menyusun Kembali Pasukan Muslim
Yang pertama kali ia lakukan adalah menyatukan dan menyusun kembali barisan pasukan setelah sempat porak-poranda karena menyaksikan para komandannya jatuh berguguran dan adanya kevakuman komando.
2. Membuat Insiden-insiden Kecil
Ia sengaja membuat insiden-insiden kecil untuk mengulur-ulur waktu sampai petang hari karena kesepakatan dunia ketika itu adalah pertempuran tidak boleh dilaksanakan pada malam hari. Kesempatan itulah yang digunakannya sebagai strategi.
3. Kamuflase Pasukan
Pada saat itulah, Khalid mengambil kesempatan untuk menyusun siasat perangnya. Anak buah Khalid yang jumlahnya tidak sedikit itu dipencar-pencar sedemikian rupa dalam suatu garis memanjang. Yang dikerahkan untuk maju adalah dari barisan belakang, yang berada di garis depan diubah ke garis belakang, dan sebaliknya. Sementara, sayap kanan dialihkan ke sayap kiri dan sayap kiri dialihkan ke sayap kanan. Bila keesokan paginya pasukan Romawi sudah bangun, mereka merasa ada kesibukan dan hiruk-pikuk yang cukup menggentarkan perasaan. Mereka beranggapan bahwa bala bantuan dari Rasulullah telah didatangkan. Kalau pada hari pertama jumlah 3.000 orang itu telah membuat peranan besar terhadap pasukan Romawi dan jumIah mereka yang terbunuh juga tidak sedikit -meskipun tak dapat mereka pastikan- konon apa lagi yang dapat mereka lakukan dengan bala bantuan yang baru didatangkan itu dan tidak ada orang yang mengetahui berapa besarnya!
Efek dari strategi itu ialah pihak Romawi menjauhkan diri dari serangan Khalid. Mereka senang kalau Khalid tidak sampai menyerang mereka. Namun, sebenarnya, Khalid lebih senang lagi. Ia dapat menarik mundur pasukannya dan kembali ke Madinah, setelah mengalami suat pertempuran yang tidak membawa kemenangan untuk pasukan muslim maupun lawan mereka.

* Artikel ini dikutip dari buku “Strategi Perang Rasulullah”. Muhammad Abu Ayyasy. QultumMedia. 2009.

No Comments

Post a Comment