zakat Archives - Qultum Media
Qultummedia adalah penerbit buku islami
Qultummedia, qultum, novel islami, ibadah, buku, motivasi, pengembangan diri,
627
archive,tag,tag-zakat,tag-627,theme-stockholm,woocommerce-no-js,ajax_fade,page_not_loaded,,select-child-theme-ver-1.0.0,select-theme-ver-4.2,menu-animation-line-through,wpb-js-composer js-comp-ver-7.4,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-30952
membayar zakat harus disegerakan

Membayar Zakat: Bukti Iman dan Cara Menjaga Kesucian Harta

Membayar zakat harus muncul dari kesadaran diri kita, bukan karena dipaksa oleh pihak-pihak tertentu.

Zakat bukan hanya sebuah kewajiban dalam Islam tapi juga bukti. Bukti bahwa pemeluknya benar-benar muslim yang sejati, bukan sekadar mencari keuntungan dengan mengaku muslim. Seorang muslim yang sejati pasti akan sukarela membayarkan zakatnya, betapapun nilainya sangat besar, bukan justru menunda-nunda, menahan, apalagi mengingkari kewajiban tersebut.

Pada zaman Nabi saw dulu, sebagian orang yang mengaku memeluk Islam merasa sayang dengan harta bendanya dan memilih untuk tidak membayarkan zakatnya. Mereka inilah yang disebut sebagai orang munafik. Keselamatan mereka terjamin dengan menjadi pengikut Nabi saw tapi pada saat yang sama enggan menunaikan kewajiban tersebut.

Zakat adalah salah satu pilar dalam agama kita. Kalau kita enggan membayar zakat maka itu sama artinya kita tidak menegakkan salah satu pilar di dalamnya, yang bisa juga diartikan membiarkan agama yang kita cintai ini roboh. Dan jika Islam yang sudah diperjuangkan oleh Rasulullah dan para ulama ini roboh maka itu artinya akan segera terjadi kebinasaan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda, “Allah tidak akan menerima iman seseorang yang tidak menunaikan zakat, dan tidaklah seseorang itu beriman kecuali dia menunaikan zakatnya.”

Membayar Zakat dan Hubungannya dengan Iman

Iman adalah keyakinan di dalam hati, yang diutarakan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Di sinilah hubungan antara iman dan zakat bisa kita lihat. Kalau seseorang benar-benar beriman maka ia pasti membayarkan zakatnya, sebab itu adalah bukti kesungguhan imannya. Jika tidak, maka iman yang diucapkannya tidak lebih sekadar kata-kata yang tidak bermakna.

Kalau kita cermati, seseorang yang enggan membayarkan zakatnya muncul karena rasa cinta yang berlebihan terhadap harta bendanya. Kecintaan yang berlebihan terhadap harta benda membutakan hatinya, dan membuatnya lalai bahwa dunia dan isinya yang kita miliki sekarang suatu saat akan kita tinggalkan.

Orang yang terjaga imannya sadar bahwa akhirat itu kekal, sementara dunia ini sementara saja. Itu sebabnya, perasaan cinta terhadap harta benda tidak menghinggapi hatinya. Jangankan untuk membayar zakatnya, uangnya hilang pun mereka tidak terlalu merasa sedih. Sebab mereka tahu, bahkan jiwanya sendiri adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali pada-Nya.




“Hubbun dun-yaa ro`su kulli khothi`ah, cinta dunia adalah akar segala masalah”. Betapa banyak pertikaian di dunia ini terjadi akibat orang-orang dilalaikan oleh harta benda. Bahkan belakangan ini, munculnya hoax dan pecahnya perang konon terjadi juga karena hasrat sebagian orang untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya, tanpa memedulikan kebaikan dirinya dan orang lain.

Membayar Zakat Akan Menjaga Kesucian Harta Kita

Menahan zakat tidak akan membawa faedah apa-apa bagi kita. Itu bukan hanya membuktikan kepalsuan iman dan Islam kita tapi juga tidak bisa mempertahankan apalagi menambah jumlah harta benda kita. Sebaliknya, enggan membayarkan zakat justru merupakan awal bagi musnahnya limpahan rezeki yang telah Allah berikan pada kita sekaligus keberkahannya.

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis, “Tidak akan binasa harta benda di daratan dan di lautan kecuali dengan menahan pembayaran zakat.”

Mungkin ada baiknya kita renungkan doa Sayyidina Ali berikut, sebuah ungkapan yang mencerminkan kearifannya dalam menempatkan harta benda duniawi di dalam hidupnya. “Alloohummaj’alhaa fii aydiinaa, walaa taj’alhaa fii quluubinaa (Ya Allah, letakkanlah harta benda itu di tanganku, janganlah Kau meletakkannya di hatiku).”

Mengapa Sayyidina Ali memohon pada Allah agar harta benda duniawi diletakkan di tangannya dan bukan di hatinya? Karena tangan adalah simbol kekuasaan dan kendali, sementara hati adalah simbol pusat kekuasaan dan kendali. Harta benda yang ada di dalam genggaman tangan kita akan mudah kita kendalikan untuk tujuan yang baik, tapi jika ada di hati kita maka akan sulit untuk kita arahkan.

Walloohu a’lam.

 

Sumber foto: https://ekonomi.kompas.com




keajaiban sedekah menurut islam

Keajaiban Sedekah: Bagaimana Kiat Mudah untuk Meraihnya?

Keajaiban sedekah sering dipahami hanya sebagai mitos, padahal orang yang beriman harus meyakininya. Di samping merupakan janji Allah, itu juga nyata adanya. Sebab, sudah banyak yang membuktikannya.

Ingin menambah kebahagiaan dalam hidup? Lengkapi dengan bersedekah. Tapi, bersedekah bukan asal sedekah. Ada cara-cara tertentu yang bisa membuat sedekah kita jadi lebih berkah dan bermanfaat, baik di mata Allah maupun si penerima. Nah, berikut adalah 7 cara untuk meraih keajaiban sedekah.

Baca juga:
Panduan Meraih Hidup Bahagia, Mulia, & Berkah
Sedekah Mahabisnis dengan Allah

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #1: Bersedekah perlu keikhlasan, tapi…

Seberapa besar pahala yang kita dapat dan seberapa banyak manfaat yang orang lain peroleh bergantung pada seberapa kita ikhlas. Jangankan bersedekah, terkadang meminjamkan barang ke orang lain saja kita tidak terlalu mudah mengikhlaskan. Ya, ikhlas itu butuh latihan. Dan, bukan waktu yang sebentar untuk melatih keikhlasan itu. Tapi, jangan karena belum bisa ikhlas lantas nggak jadi-jadi bersedekah, lho.

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #2: Bersedekah dengan harta terbaik yang kita punya.

Kita punya hak, lho, untuk menentukan mana harta yang mau kita sedekahkan dan mana yang tidak. Namun, bersedekah dengan harta yang paling baik yang kita miliki itulah yang akan dibalas dengan pahala terbaik oleh Allah. Kenapa? Karena di dalamnya terdapat unsur pengorbanan yang lebih besar. Dengan menyedekahkan harta terbaik milik kita, artinya kita telah sanggup mengalahkan dorongan syahwat kita terhadap dunia.

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #3: Bersedekah pada orang-orang terdekat.

Silaturahmi adalah alasan utama mengapa kita perlu mendahulukan orang-orang terdekat, seperti saudara atau keluarga sebagai penerima sedekah. Selain itu, bersedekah kepada kerabat juga akan memperkecil potensi perpecahan keluarga dan menjaga kehormatan keluarga kita.

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #4: Bersedekah pada waktu-waktu utama.

Ada dua waktu utama yang dianjurkan untuk bersedekah, yakni hari Jumat dan bulan Ramadan. Terutama di bulan suci, sedekah yang kita tunaikan akan terasa berlipat-lipat manfaat dan keberkahannya. Mengapa? Karena umat Islam umumnya sedang banyak kebutuhan.

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #5: Bersedekah secara istiqamah.

Selain ikhlas, kita juga perlu berlatih agar istiqamah. Caranya? Jadwalkan saja kapan baiknya kita bersedekah. Selanjutnya, mengusahakan agar kita memenuhi jadwal tersebut. Mungkin tidak mudah menjalankan hal itu. Namun, semua kembali kepada diri kita. Yang perlu diingat, sekali kita melanggar, seterusnya kita akan melanggar.

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #6: Bersedekah secara sembunyi-sembunyi.

Hal ini memang terkesan sederhana, tetapi nyatanya merahasiakan sedekah bukan perkara mudah. Seperti halnya puasa yang memiliki keistimewaan karena hanya diketahui oleh pelakunya dan Allah saja, bersedekah pun demikian. Kita mungkin tidak dapat penghormatan dan sanjungan, tetapi diam-diam Allah mencatat amal kita dan membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.

 

Kiat Meraih Keajaiban Sedekah #7: Bersedekah untuk kemaslahatan umat secara luas.

Membangun masjid, sekolah, rumah sakit, pondok pesantren, atau membeli ambulance adalah beberapa contoh sedekah untuk kemaslahatan umat. Bersedekah untuk keperluan ini jauh lebih utama ketimbang bersedekah dalam pengertian sebelumnya, sebab yang mendapatkan manfaat adalah orang banyak. Dalam Islam, hal ini sebenarnya adalah wakaf, bukan sedekah. Berbeda dengan sedekah, harta yang diwakafkan tidak akan habis meski digunakan dalam waktu yang lama dan harta wakaf bisa dimanfaatkan oleh orang banyak.

Nah, setelah tahu tujuh cara meraih keajaiban sedekah, yuk segera saja kita mengatur jadwal untuk rutin bersedekah.

***

Panduan Meraih Hidup Bahagia, Mulia, & Berkah karya Achmad Al-Firdaus dan Aliyah Tsuraya memaparkan secara gamblang apa saja yang terkandung di dalam tujuh sunah Rasulullah saw, yaitu menjaga wudhu, Tahajud, istigfar, shalat Subuh berjamaah, membaca Al-Qur’an, shalat Dhuha, dan bersedekah.